LAPANLAPAN

Jurnal Teknologi DirgantaraJurnal Teknologi Dirgantara

Pada perancangan pesawat terbang tanpa awak, pemilihan airfoil sangat penting untuk meningkatkan performa pesawat. Airfoil dipilih berdasarkan karakteristik geometri dan performa aerodinamikanya. Namun, penelitian-penelitian sebelumnya lebih fokus kepada analisis performa pesawat terbang tanpa melakukan analisis karakteristik geometri airfoil dan terbatas pada beberapa airfoil saja. Penelitian ini membahas tentang pemilihan airfoil dengan banyak kriteria berdasarkan karakteristik masing-masing airfoil. Pada tahap awal, ditentukan beberapa kriteria untuk penyaringan data. Beberapa kriteria ini diambil dari persyaratan dan tujuan perancangan pesawat. Pada penelitian ini pesawat yang digunakan sebagai studi kasus adalah pesawat tanpa awak LSU-05 NG. Setelah kriteria filter ditentukan, sebanyak 1504 airfoil disaring menjadi 5 airfoil terpilih berdasarkan kriteria filter. Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis multikriteria dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk airfoil terpilih. Airfoil tersebut dianalisis berdasarkan 7 kriteria utama, yaitu Camber, Thickness, Manufacturability, Max CL, CL0, Max CL angle, dan Max L/D. Berdasarkan analisis tersebut, FX 76-MP-160 terpilih sebagai airfoil terbaik untuk pesawat terbang tanpa awak yang dirancang.

Penelitian ini telah melakukan pemilihan airfoil untuk pesawat LSU-05 NG dengan menggunakan metode AHP.Dari 1504 database airfoil yang telah dikumpulkan, dianalisis, dan disaring, diperoleh 5 buah airfoil yang memenuhi kriteria filter awal data, yaitu S1223 RTL, GOE 482, FX 76-MP-160, FX-73-CL2-152, dan FX 72 -LS-160.Berdasarkan analisis AHP dengan mempertimbangkan tujuh kriteria utama, disimpulkan bahwa airfoil FX 76-MP-160 merupakan airfoil terbaik untuk menjadi profil penampang sayap pesawat LSU-05 NG.

Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan mengevaluasi bagaimana hasil pemilihan berubah jika analisis menggunakan data performa airfoil pada berbagai kondisi bilangan Reynolds yang sesuai dengan ketinggian dan kecepatan terbang sesungguhnya pesawat LSU-05 NG, bukan hanya satu nilai tetap. Selain itu, kerangka kerja metode AHP ini dapat diadaptasi dan diuji untuk memilih airfoil pada tipe pesawat lain yang memiliki misi berbeda, misalnya pesawat jet tempur supersonik atau pesawat kargo berbobot tinggi. Terakhir, untuk meningkatkan akurasi data performa, penelitian mendatang dapat menggabungkan hasil simulasi Dinamika Fluida Komputasi (CFD) 3D yang lebih mendalam ke dalam basis data kriteria AHP, sehingga mampu menganalisis karakteristik aliran udara yang lebih kompleks seperti pemisahan aliran di dekat permukaan sayap.

Read online
File size735.55 KB
Pages16
DMCAReport

Related /

ads-block-test