UNMUNM

International Journal of Language EducationInternational Journal of Language Education

Sebagai lingua franca internasional, Bahasa Inggris memegang peran penting bagi mahasiswa bidang kesehatan, baik untuk keberhasilan akademik maupun karier, namun sering terabaikan dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Penelitian ini bertujuan merancang ulang pembelajaran Bahasa Inggris bagi mahasiswa kebidanan menggunakan pendekatan ESP dengan menganalisis present situation (PSA), target situation (TSA), dan learning situation (LSA) sebagai dasar perancangan program. Penelitian dilaksanakan di Jurusan Kebidanan Poltekkes Mataram, Indonesia, melibatkan mahasiswa, dosen Bahasa Inggris, dosen bidang studi, dan manajemen. Data dikumpulkan melalui teknik triangulasi—tes ECSCS, kuesioner, wawancara, diskusi kelompok terfokus (FGD), dan dokumentasi—dan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan Bahasa Inggris mahasiswa masih rendah (84,6% berada pada level Dasar); kebutuhan target (necessities) mencakup kemampuan komunikasi lisan dan tulisan untuk tugas di tempat kerja dan pengembangan profesional; terdapat konflik kebutuhan dalam perancangan mata kuliah, yaitu target tinggi tidak sesuai dengan kemampuan awal, jumlah SKS, dan fasilitas. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, program Bahasa Inggris direkomendasikan dengan tiga pilihan desain: berbasis Necessities (TSA), berbasis PSA, atau desain terintegrasi (mixed approach) masing-masing dengan kelebihan dan kekurangan.

Perancangan program Bahasa Inggris bagi mahasiswa Prodi Kebidanan Poltekkes Mataram menjadi kompleks akibat konflik kebutuhan, yaitu tingkat kemampuan Bahasa Inggris awal yang masih rendah, perbedaan persepsi antara manajemen, dosen bidang studi, mahasiswa, dan dosen Bahasa Inggris, tuntutan kompetensi komunikasi sesuai SKBI, keterbatasan jumlah SKS, serta besarnya jumlah mahasiswa per kelas.Berdasarkan hasil analisis, perancang kurikulum dapat memilih salah satu dari tiga desain program, yaitu pendekatan berbasis kebutuhan (TSA), pendekatan berbasis kondisi awal (PSA), atau desain program ternegosiasi, yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan dalam implementasinya.Mengingat kondisi tersebut, pembuat kebijakan departemen perlu mempertimbangkan program pendukung tambahan untuk memaksimalkan proses pembelajaran.

Penelitian lanjutan dapat diarahkan pada beberapa aspek penting untuk memperkuat temuan dan rekomendasi studi ini. Pertama, sebuah studi komparatif dapat dilakukan untuk meneliti efektivitas penerapan desain kurikulum bahasa Inggris ternegosiasi (negotiated ESP) yang mengintegrasikan materi dari kebutuhan target (TSA) dan kondisi awal (PSA) mahasiswa kebidanan, dengan mengukur kemajuan kemampuan berbahasa, tingkat kepercayaan diri berkomunikasi, serta motivasi intrinsik dan ekstrinsik mereka. Kedua, penelitian eksperimen dapat mengeksplorasi dampak implementasi program Self-Access Language Learning (SALL) yang didukung oleh lingkungan kaya bahasa (Language Rich Environment) dan model pembelajaran blended learning terhadap kemandirian belajar, frekuensi penggunaan bahasa Inggris di luar kelas, serta peningkatan penguasaan kosakata dan keterampilan komunikasi akademik. Ketiga, kajian kualitatif dan kuantitatif dapat mengkaji persepsi, sikap, dan penerimaan berbagai pemangku kepentingan—mahasiswa, dosen Bahasa Inggris, dosen bidang studi, dan manajemen departemen—terhadap skema sertifikasi kompetensi bahasa Inggris sebagai syarat kelulusan, serta menilai pengaruh aturan tersebut terhadap pencapaian tujuan akademik dan kesiapan lulusan berkompetisi di pasar kerja. Dengan menggabungkan ketiga fokus penelitian ini dalam satu kerangka terpadu, diharapkan dapat dihasilkan model intervensi yang komprehensif dan kontekstual untuk menyelesaikan konflik kebutuhan, mengoptimalkan alokasi SKS, serta meningkatkan relevansi dan efektivitas pengajaran Bahasa Inggris di program studi kebidanan.

File size187.07 KB
Pages7
DMCAReportReport

ads-block-test