UNILAUNILA

Jurnal Sylva LestariJurnal Sylva Lestari

Inventarisasi hama di persemaian merupakan kegiatan pengumpulan dan penyusunan data mengenai hama yang menyerang bibit di persemaian. Inventarisasi hama sangat berguna untuk mengetahui jenis hama, jumlah hama, dan kondisi serangannya agar dapat dilakukan pengendalian secara tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis hama dan tingkat serangan di lokasi persemaian hutan tanaman rakyat. Penelitian ini dilakukan di Hutan Tanaman Rakyat di Desa Ngambur Kecamatan Bengkunat Belimbing, Kabupaten Lampung Barat selama 2 bulan yaitu bulan April--Mei 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati hama secara visual, kemudian diidentifikasi. Data yang diambil meliputi jenis hama, densitas hama, jenis pohon terserang, tingkat serangan dan kerusakan. Pengambilan sampel dilakukan secara sistematik dengan pola diagonal. Dalam penelitian ini teridentifikasi 9 jenis hama yang menyerang dalam persemaian tanaman jabon, sengon laut, dan kayu afrika, yaitu ulat (Daphnis hypothous), belalang (Locusta migratoria), ngengat (Hyblaea puera), ulat kantong (Pteroma plagiophelps), kepik pengisap (Cosmoleptrus sumatranus), kutu dompolan (Planococcus citri), ulat daun (Doleschallia polibete), kupu kuning (Eurema spp.), bekicot (Achatina fulica) dan 1 jenis serangga predator yaitu semut rangrang (Oecophylla smaragdina). Populasi serangga ini cukup tinggi namun tidak merusak tanaman persemaian sedangkan serangga hama yang paling berbahaya adalah larva ulat kantong (Pteroma plagiophelps) dan ngengat (Hyblaea puera). Larva ulat kantong menyebabkan kerusakan yang berat pada daun. Tingkat kerusakan oleh serangga hama masih tergolong dalam kategori serangan ringan. Pengendalian serangan hama dapat dilakukan secara mekanis maupun kimia.

Serangga hama yang menyerang bibit jabon, sengon laut, dan kayu afrika meliputi ulat, belalang, ngengat, kepik pengisap, ulat kantong, ulat daun, kutu dompolan, kupu kuning, dan bekicot, dengan semut rangrang sebagai predator alami.Tingkat kerusakan masih dikategorikan ringan berdasarkan intensitas kerusakan mutlak dan nisbi, meskipun hama berbahaya seperti ulat kantong dan ngengat perlu diwaspadai.Persemaian harus terus dipantau agar serangan hama tidak merugikan pertumbuhan bibit tanaman.

Pertama, penelitian lanjutan bisa mengeksplorasi bagaimana pengaruh perubahan iklim terhadap pola serangan hama di persemaian hutan tanaman rakyat, seperti apakah kenaikan suhu dan curah hujan mengubah frekuensi dan intensitas hama ulat kantong atau ngengat pada bibit jabon, sengon laut, dan kayu afrika. Kedua, studi bisa dilakukan untuk mengkaji efektivitas penggunaan semut rangrang sebagai agen biologis secara intensif, dengan memeriksa apakah peningkatan populasi semut rangrang melalui introduksi koloni buatan dapat mengendalikan populasi hama predator secara lebih efektif di berbagai tahap pertumbuhan bibit. Ketiga, penelitian juga dapat memfokuskan pada dampak penggunaan pengendalian mekanis dan kimia jangka panjang terhadap ekosistem persemaian, seperti apakah metode sanitasi kebun dan pengambilan manual hama dapat dikombinasikan dengan pemantauan ekologis untuk mencegah munculnya hama resisten atau gangguan pada serangga predator seperti semut rangrang, serta bagaimana hasil tersebut mempengaruhi produktivitas bibit dalam jangka waktu tujuh sampai delapan minggu. Selanjutnya, analisis perlu dilakukan terkait variasi hama antar spesies pohon, misalnya mengapa intensitas kerusakan pada jabon lebih tinggi dibanding sengon laut atau kayu afrika, untuk mengembangkan varietas bibit tahan hama. Penelitian tambahan bisa melihat interaksi antara kepik pengisap dan kutu dompolan dengan kondisi tanah di lokasi persemaian, apakah nutrisi tanah mempengaruhi kerentanan bibit terhadap serangan tersebut. Lebih lanjut, studi komparatif antar wilayah seperti Kabupaten Lampung Barat dengan daerah lain dapat dilakukan untuk memahami bagaimana faktor lokal seperti ketinggian atau vegetasi sekitar memengaruhi jenis dan tingkat hama. Penelitian juga bisa mengkaji potensi alternatif pengendalian seperti penggunaan pestisida organik, dengan meneliti apakah ekstrak tumbuhan lokal dapat mengurangi serangan kupu kuning atau bekicot tanpa merusak semut rangrang. Selain itu, eksplorasi tentang siklus hidup hama predator seperti semut rangrang di lingkungan persemaian perlu dikembangkan, misalnya bagaimana musim atau waktu pengamatan memengaruhi efektivitasnya sebagai pengendali alami. Terakhir, penelitian lanjutan bisa mengintegrasikan data densitas hama mingguan untuk memprediksi puncak serangan, sehingga memberikan panduan yang lebih akurat bagi petani dalam pengelolaan persemaian tanpa tergantung pada observasi terbatas seperti dalam dosen penelitian sebelumnya.

File size167.38 KB
Pages10
DMCAReportReport

ads-block-test