UNILAUNILA

Jurnal Sylva LestariJurnal Sylva Lestari

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa termasuk habitat yang potensial bagi satwa liar. Hutan Desa Cugung difungsikan untuk mengoptimalisasikan pemanfaatan sumberdaya hutan di KPHL Model Rajabasa. Burung merupakan bagian satwa liar serta sumberdaya alam yang tidak ternilai harganya sehingga kelestariannya perlu dijaga. Informasi mengenai keanekaragaman jenis burung yang dilindungi di kawasan tersebut menjadi dasar penelitian ini dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui status konservasi jenis burung di hutan Desa Cugung KPHL Model Rajabasa berdasarkan (1) PP No. 7/1999, (2) status perdagangan internasional dan (3) status keterancaman dengan waktu penelitian bulan November 2016. Metode Induces Ponctuel dAbodance digunakan pada lima titik pengamatan. Hasil penelitian berdasarkan (1) status burung dilindungi PP No. 7/1999; ditemukan sepuluh jenis burung dari tiga famili tergolong dalam status dilindungi, yaitu Accipiter trivirgatus, Haliastur indus, Spizaetus cirrhatus, Spizaetus alboniger, Ictinaetus malayensis, Ichthyophaga ichthyaetus, Spilornis cheela, Halcyon symrnensis, Todirhamphus chloris dan Anthreptes simplex. (2) status perdagangan internasional; ditemukan tujuh jenis burung masuk kategori Appendix II, yaitu A. trivirgatus, H. indus, S. cirrhatus, S. alboniger, I. malayensis, I. ichthyaetus dan S. cheela. (3) status keterancaman; ditemukan satu jenis burung kategori Near Threatened (hampir terancam), yaitu I. Ichthyaetus.

Berdasarkan status jenis burung dilindungi menurut PP No.7 Tahun 1999 terdapat sepuluh jenis burung dilindungi, berdasarkan status peraturan perdagangan internasional terdapat tujuh jenis burung yang termasuk dalam kategori Appendix II dan tercatat satu jenis burung kategori Near Threatened (hampir terancam) menurut status keterancaman.

Saran penelitian lanjutan dapat diawali dengan pengembangan studi variabilitas musiman terhadap keanekaragaman dan status konservasi burung di Hutan Desa Cugung. Penelitian sebelumnya hanya dilakukan pada bulan November sehingga belum menggambarkan perubahan populasi burung sepanjang tahun atau selama musim kering dan hujan. Dengan menetapkan titik observasi yang sama pada beberapa periode berbeda, penelitian baru dapat menyajikan data dinamis tentang fluktuasi kelimpahan dan kehadiran spesies migran atau lokal. Kedua, penelitian selanjutnya perlu menginvestigasi pengaruh tingkat fragmentasi habitat pada distribusi serta kelimpahan berbagai kategori burung, baik raptor maupun non-raptor, dengan memetakan kondisi penggunaan lahan di sekitar hutan desa sebagai faktor utama gangguan. Pendekatan ini dapat memanfaatkan analisis spasial dan indeks kesamaan komunitas untuk menilai sejauh mana perubahan vegetasi dan discontinuity ekosistem memengaruhi komposisi jenis. Ketiga, perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas model community-based monitoring dan regulasi lokal dalam meningkatkan partisipasi masyarakat Desa Cugung dalam upaya konservasi burung. Ide ini dapat dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian mengenai mekanisme sosialisasi, pelatihan warga, dan kebijakan lokal mana yang paling efektif dalam menekan perburuan liar serta memperkuat keberlanjutan populasi spesies dilindungi. Dengan mengintegrasikan aspek ekologis dan sosial, saran penelitian baru ini akan menyediakan landasan ilmiah yang lebih menyeluruh untuk strategi konservasi berkelanjutan di Hutan Desa Cugung.

File size259.52 KB
Pages10
DMCAReportReport

ads-block-test