IKMEDIAIKMEDIA
Jurnal Ilmu Sosial dan HumanioraJurnal Ilmu Sosial dan HumanioraTenun Bima merupakan produk unggulan dari Bima yang telah diturunkan secara turun-temurun dan kini sedang dipersiapkan untuk memasuki tahap industrialisasi guna meningkatkan nilai tambah ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tenun khas wilayah Bima, Nusa Tenggara Barat, meliputi: (1) sejarah keberadaan tenun Bima, dan (2) bentuk serta makna motif pada tenun khas wilayah Bima. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan instrumen peneliti sebagai manusia itu sendiri. Untuk memperkuat data, peneliti menggunakan pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi. Objek penelitian ini adalah budaya Rimpu di Kabupaten Bima. Validasi data dilakukan dengan referensial memadai dan observasi keberlanjutan. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif deskriptif yang meliputi tahapan: pengumpulan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai motif tenun budaya masyarakat Bima, Nusa Tenggara Barat, diperoleh temuan bahwa: (1) berdasarkan ketentuan adat, setiap perempuan yang memasuki usia remaja harus terampil melakukan Muna ro Medi, yaitu aktivitas ibu rumah tangga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Peraturan adat ini dipatuhi oleh seluruh perempuan Mbojo hingga tahun 1960-an. Sejak usia dini, anak perempuan dibimbing dan dilatih menjadi penenun yang terampil dan artistik (Ma Loa Ro Tingi). (2) Tenun Bima memiliki empat motif dasar, yaitu motif bunga samobo yang bermakna harapan masyarakat, bunga satako yang menjadi simbol kepribadian seseorang seperti ranting yang menyebar bunga harum dan indah dalam hidupnya, bunga kakado yang mengandung isyarat posisi tertinggi yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta, serta bunga aruna yang mengandung makna 99 sifat Allah sebagai pencipta yang senantiasa dipuji dan disembah oleh hamba-Nya.
Motif tenun Bima merupakan bentuk tenun yang cukup sederhana namun memiliki karakter khas, baik dari segi bentuk, warna, pola, maupun makna visual yang terkandung di dalamnya.Meskipun tidak semua motif memiliki landasan filosofi yang eksplisit, tenun ini tetap memiliki nilai estetika dan makna budaya yang mendalam.Pengetahuan mengenai makna motif tenun perlu dilestarikan dan dijadikan pedoman hidup serta warisan budaya yang harus dijaga, terutama dalam konteks keharmonisan hidup dan rasa syukur terhadap Tuhan.
Pertama, perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana generasi muda masyarakat Bima memahami dan memaknai motif-motif tenun tradisional dalam kehidupan sehari-hari, mengingat penurunan minat dan pelestarian nilai budaya akibat pengaruh globalisasi. Kedua, sebaiknya dikaji secara mendalam penerapan motif tenun Bima dalam desain produk industri kreatif, seperti fesyen modern atau interior, untuk melihat potensi ekonomi dan daya tarik pasar tanpa menghilangkan makna budayanya. Ketiga, perlu dikembangkan studi tentang integrasi nilai-nilai filosofis dari motif tenun Bima ke dalam kurikulum pendidikan lokal, untuk memastikan pengetahuan budaya ini tetap hidup dan relevan bagi generasi penerus. Penelitian-penelitian ini dapat saling melengkapi dalam upaya melestarikan budaya tenun Bima secara komprehensif. Dengan memahami persepsi generasi muda, potensi pemasaran modern, dan pendekatan edukatif, pelestarian budaya dapat berjalan beriringan dengan perkembangan zaman. Studi tentang pemahaman generasi muda akan memberikan gambaran tentang tantangan internal dalam pelestarian budaya. Sementara penelitian aplikatif di bidang industri kreatif membuka peluang eksternal dalam bentuk nilai ekonomi. Integrasi ke dalam pendidikan menjadi fondasi jangka panjang agar makna budaya tidak punah. Ketiga arah penelitian tersebut menawarkan pendekatan holistik yang mencakup aspek sosial, ekonomi, dan pendidikan. Dengan demikian, budaya tenun Bima tidak hanya sekadar produk tradisional, tetapi juga menjadi bagian dari identitas dan pembangunan berkelanjutan masyarakat Bima.
| File size | 982.02 KB |
| Pages | 10 |
| Short Link | https://juris.id/p-1qS |
| Lookup Links | Google ScholarGoogle Scholar, Semantic ScholarSemantic Scholar, CORE.ac.ukCORE.ac.uk, WorldcatWorldcat, ZenodoZenodo, Research GateResearch Gate, Academia.eduAcademia.edu |
| DMCA | Report |
Related /
IKMEDIAIKMEDIA Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan data yang bersifat historis. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemekaran wilayah berdampak terhadapPenelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan data yang bersifat historis. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemekaran wilayah berdampak terhadap
HIPKIN JATENGHIPKIN JATENG Temuan menunjukkan bahwa pendekatan link and match efektif meningkatkan keselarasan antara pendidikan vokasi dan kebutuhan industri melalui strategi kolaborasiTemuan menunjukkan bahwa pendekatan link and match efektif meningkatkan keselarasan antara pendidikan vokasi dan kebutuhan industri melalui strategi kolaborasi
HIPKIN JATENGHIPKIN JATENG revisi menyeluruh diperlukan untuk mengurangi redundansi konten kursus. umpan balik rutin dari penilaian formatif perlu diberikan kepada mahasiswa. penggunaanrevisi menyeluruh diperlukan untuk mengurangi redundansi konten kursus. umpan balik rutin dari penilaian formatif perlu diberikan kepada mahasiswa. penggunaan
HIPKIN JATENGHIPKIN JATENG Penelitian ini bertujuan untuk mengeksamin karakteristik kepemimpinan kepala sekolah pengemudi dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka di SMA NegeriPenelitian ini bertujuan untuk mengeksamin karakteristik kepemimpinan kepala sekolah pengemudi dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka di SMA Negeri
HIPKIN JATENGHIPKIN JATENG 2) strategi keterlibatan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru dengan berkolaborasi dengan komunitas sekolah dan melibatkan guru2) strategi keterlibatan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru dengan berkolaborasi dengan komunitas sekolah dan melibatkan guru
HIPKIN JATENGHIPKIN JATENG Studi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan analisis dokumen dan literatur. Hasil analisis menunjukkan bahwa Kurikulum 1947 lebih berorientasiStudi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan analisis dokumen dan literatur. Hasil analisis menunjukkan bahwa Kurikulum 1947 lebih berorientasi
HIPKIN JATENGHIPKIN JATENG Namun, implementasi Kurikulum 1984 masih dihadapkan pada kendala kesiapan guru dan keterbatasan sumber daya, sedangkan Kurikulum 1976 cenderung menghasilkanNamun, implementasi Kurikulum 1984 masih dihadapkan pada kendala kesiapan guru dan keterbatasan sumber daya, sedangkan Kurikulum 1976 cenderung menghasilkan
PDPIPDPI Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian konjungsi koordinatif dan subordinatif oleh anak muda dalam media sosial. Metode yang digunakan dalamPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian konjungsi koordinatif dan subordinatif oleh anak muda dalam media sosial. Metode yang digunakan dalam
Useful /
HIPKIN JATENGHIPKIN JATENG Hasil statistik tersebut menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan adanya pengaruh positif media flipbook terhadap pencapaianHasil statistik tersebut menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan adanya pengaruh positif media flipbook terhadap pencapaian
HIPKIN JATENGHIPKIN JATENG Namun, implementasinya menghadapi berbagai tantangan, terutama di daerah terpencil. Kurikulum 1997 diperkenalkan sebagai perbaikan, memberikan fleksibilitasNamun, implementasinya menghadapi berbagai tantangan, terutama di daerah terpencil. Kurikulum 1997 diperkenalkan sebagai perbaikan, memberikan fleksibilitas
IKMEDIAIKMEDIA Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif denganResponden sebanyak 40 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pengunjung terhadapPenelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif denganResponden sebanyak 40 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pengunjung terhadap
IKMEDIAIKMEDIA Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar jenis pajak daerah KabupatenPenelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar jenis pajak daerah Kabupaten