HIPKIN JATENGHIPKIN JATENG

Journal of Curriculum IndonesiaJournal of Curriculum Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan antara Kurikulum 1984 dan Kurikulum 1976 dalam konteks pendidikan di Indonesia. Kurikulum 1976 menekankan pendekatan Tujuan Instruksional Spesifik (ICT) yang terstruktur, berfokus pada efisiensi proses belajar mengajar dan penguasaan materi secara mendetail. Sebaliknya, Kurikulum 1984 memperkenalkan metode Pembelajaran Aktif Siswa (CBSA) yang menitikberatkan pada keterlibatan aktif siswa serta pergeseran peran guru dari instruktur menjadi fasilitator. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif melalui analisis dokumen, tinjauan pustaka, dan wawancara dengan guru serta praktisi pendidikan. Hasil menunjukkan bahwa Kurikulum 1976 memberikan kejelasan struktur dan tujuan belajar, namun cenderung membatasi kreativitas dan partisipasi siswa, sementara Kurikulum 1984 lebih inovatif dalam mendorong keterlibatan siswa namun menghadapi kendala implementasi terkait kesiapan guru dan keterbatasan sumber daya pendidikan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa Kurikulum 1976 memberikan kerangka pembelajaran terstruktur dengan fokus pada pencapaian pengetahuan dasar, sementara Kurikulum 1984 menekankan pembelajaran aktif yang meningkatkan keterlibatan dan kemampuan berpikir kritis siswa.Namun, implementasi Kurikulum 1984 masih dihadapkan pada kendala kesiapan guru dan keterbatasan sumber daya, sedangkan Kurikulum 1976 cenderung menghasilkan pembelajaran pasif.Oleh karena itu, pengembangan kurikulum masa depan perlu mengintegrasikan keunggulan struktural Kurikulum 1976 dengan pendekatan partisipatif Kurikulum 1984, sekaligus memperkuat pelatihan guru dan dukungan sumber daya untuk mencapai implementasi yang efektif secara nasional.

Penelitian selanjutnya dapat mengkaji efektivitas model kurikulum hibrida yang mengintegrasikan tujuan instruksional terstruktur dari Kurikulum 1976 dengan pendekatan pembelajaran aktif siswa pada Kurikulum 1984, serta menguji penerapannya di berbagai jenis sekolah baik di perkotaan maupun daerah pedesaan. Selain itu, studi dapat meneliti faktor-faktor yang memengaruhi kesiapan dan kompetensi guru dalam mengimplementasikan metode CBSA, termasuk kebutuhan pelatihan, motivasi, persepsi terhadap perubahan peran, dan dukungan institusional. Selanjutnya, penelitian dapat mengevaluasi peran teknologi digital sebagai fasilitator pembelajaran aktif pada Kurikulum 1984, khususnya dalam konteks keterbatasan sumber daya di wilayah terpencil, untuk mengetahui sejauh mana teknologi dapat meningkatkan partisipasi siswa dan kualitas hasil belajar.

Read online
File size135.01 KB
Pages5
Short Linkhttps://juris.id/p-1r5
Lookup LinksGoogle ScholarGoogle Scholar, Semantic ScholarSemantic Scholar, CORE.ac.ukCORE.ac.uk, WorldcatWorldcat, ZenodoZenodo, Research GateResearch Gate, Academia.eduAcademia.edu
DMCAReport

Related /

ads-block-test