ABULYATAMAABULYATAMA

Jurnal Dedikasi PendidikanJurnal Dedikasi Pendidikan

Penelitian ini menelaah tentang hubungan antara self-concept dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Pelitian ini dilakukan di salah satu sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Kota Banda Aceh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik korelasi yaitu mencari hubungan antara self-concept dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Populasi dari penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-10 dan VIII-11 yang berjumlah 54 siswa berdasarkan hasil pertimbangan yang disampaikan kepala sekolah dan guru bidang studi matematika di sekolah tersebut. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat hubungan antara self-concept dan kemampuan pemecahan masalah matematis. Istrumen yang digunakan adalah skala self-concept dan tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self-concept dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Kontribusi yang diberikan oleh variabel self-concep terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis adalah 24.6% dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor atau variabel lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VIII salah satu MTsN di Kota Banda Aceh, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara self-concept dengan kemampuan pemecahan masalah matematis.Artinya, self-concept dapat digunakan untuk memprediksikan tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Mengingat kontribusi self-concept hanya sebesar 24,6%, penelitian lanjutan dapat mengembangkan ide untuk menyelidiki lebih dalam faktor-faktor lain yang memiliki pengaruh lebih besar. Pertama, bagaimana pengaruh spesifik dari setiap dimensi self-concept, seperti akademik, sosial, dan emosional, terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, dibandingkan dengan self-concept sebagai satu kesatuan? Kedua, karena kemampuan awal, motivasi, dan lingkungan disebut sebagai faktor lain, apakah motivasi belajar memoderasi hubungan antara self-concept dan kemampuan pemecahan masalah matematis? Ketiga, untuk mengatasi keterbatasan sampel pada satu sekolah dan tingkatan, apakah pola hubungan antara self-concept dan kemampuan pemecahan masalah matematis konsisten jika diteliti pada siswa di jenjang pendidikan yang berbeda, seperti Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Atas, dengan latar belakang sosial yang beragam?.

  1. #siswa kelas v#siswa kelas v
  2. #siswa sekolah menengah#siswa sekolah menengah
Read online
File size788.93 KB
Pages11
DMCAReport

Related /

ads-block-test