SCADINDEPENDENTSCADINDEPENDENT

Jurnal Ilmiah PeuradeunJurnal Ilmiah Peuradeun

Penelitian tentang rasa malu dan rasa bersalah lebih banyak berfokus pada populasi normal serta konteks budaya dan agama. Kajian mengenai topik ini pada kelompok subjek yang melakukan kejahatan masih terbatas, terutama kejahatan seksual sebagai tindakan yang dianggap memalukan secara sosial. Penelitian ini memfokuskan pada pemeriksaan hubungan antara rasa malu dengan rasa bersalah pada narapidana kejahatan seksual (N = 143) yang sedang menjalani hukuman di institusi pemasyarakatan. Rasa malu dan rasa bersalah diukur menggunakan Skala Guilt and Shame Proneness (GASP) yang dikembangkan oleh Cohen et al. Penelitian ini menemukan adanya asosiasi positif yang signifikan sehingga rasa malu dapat menjadi prediktor rasa bersalah. Penelitian ini memiliki implikasi penting bagi institusi pemasyarakatan untuk menyediakan intervensi yang meningkatkan rasa malu pada narapidana kejahatan seksual, sehingga dapat mencegah pengulangan tindak kejahatan.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa rasa malu dapat menjadi prediktor tingkat rasa bersalah pada narapidana yang melakukan kejahatan seksual.Tingkat kesadaran emosional akan rasa malu menentukan evaluasi diri dan penyesalan atas tindakan pelanggaran, sementara rasa bersalah mencerminkan analisis kritis terhadap perilaku dan empati terhadap korban, yang berpotensi menurunkan kemungkinan pengulangan kejahatan.Oleh karena itu, program rehabilitasi bagi pelaku seksual di lembaga pemasyarakatan sebaiknya menitikberatkan peningkatan kesadaran diri terhadap rasa bersalah.

Penelitian lanjutan dapat menguji efektivitas intervensi berbasis rasa malu dalam jangka panjang terhadap tingkat residivisme pada narapidana pelaku seksual, sehingga dapat menilai keberlanjutan perubahan emosional dan perilaku. Selanjutnya, penting untuk menyelidiki pengaruh faktor budaya dan keagamaan terhadap dinamika rasa malu dan rasa bersalah pada pelaku seksual di berbagai wilayah Indonesia, guna memahami variasi kontekstual yang mungkin memoderasi hubungan keduanya. Akhirnya, perbandingan antara pendekatan psikoterapi kognitif‑behavioural dan pendekatan keadilan restoratif dalam meningkatkan kesadaran rasa bersalah serta mengurangi risiko pengulangan kejahatan dapat memberikan wawasan tentang metode rehabilitasi yang paling efektif bagi populasi ini.

  1. APA PsycNet. psycnet loading doi.org/10.1037/0021-843X.101.3.469APA PsycNet psycnet loading doi 10 1037 0021 843X 101 3 469
  2. APA PsycNet. psycnet loading doi.org/10.1037/0022-3514.70.4.797APA PsycNet psycnet loading doi 10 1037 0022 3514 70 4 797
  3. Shame as a Predictor of the Guilt of Sexual Offenders in the Correctional Institutions | Jurnal Ilmiah... doi.org/10.26811/peuradeun.v9i2.552Shame as a Predictor of the Guilt of Sexual Offenders in the Correctional Institutions Jurnal Ilmiah doi 10 26811 peuradeun v9i2 552
File size308.46 KB
Pages16
DMCAReportReport

ads-block-test