UNUSAUNUSA

Journal | Universitas Nahdlatul Ulama SurabayaJournal | Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Penelitian yang menganalisis pemanfaatan bahan alam sebagai alternatif pengobatan di bidang farmakologi berkembang sangat pesat. Salah satu penelitian yang menjanjikan dalam industri farmasi adalah penerapan bahan laut, seperti moluska, alga, spons, dan lamun. Beberapa studi uji toksisitas menunjukkan bahwa ekstrak metanol lamun (spesies Enhalus acoroides) lebih toksik dibandingkan keluarga lamun lainnya. Penelitian ini bertujuan menguji tingkat toksisitas ekstrak lamun (E. acoroides) dari perairan pesisir Soropia. Metode penelitian menggunakan rancangan eksperimental laboratorium dengan sampel lamun E. acoroides yang diperoleh dari Pantai Soropia, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Sampel diekstraksi dengan metanol melalui maserasi, kemudian diuji toksisitasnya menggunakan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil uji toksisitas menunjukkan ekstrak daun pada konsentrasi 10 ppm, 100 ppm, dan 1000 ppm menghasilkan nilai LC50 sebesar 404,88 ppm, sedangkan ekstrak batang dan akar memiliki LC50 > 1000 ppm. Uji dilanjutkan dengan konsentrasi daun 250 ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm menghasilkan LC50 sebesar 0,7309 ppm, yang berarti sangat toksik. Ekstrak metanol lamun (E. acoroides) berpotensi untuk analisis lanjutan dan formulasi antikanker.

Penelitian ini mengungkap bahwa ekstrak metanol E.acoroides memiliki potensi bioaktivitas dengan toksisitas akut terhadap larva A.salina pada konsentrasi 250 ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm yang ditunjukkan oleh nilai LC50 0,7309 ppm.Temuan ini menegaskan keefektifan metode BSLT dalam mengukur toksisitas ekstrak tersebut.Penelitian lanjutan diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengisolasi senyawa aktif berpotensi antikanker guna memaksimalkan manfaat E.

Pertama, penelitian lanjutan dapat difokuskan pada isolasi terarah senyawa bioaktif utama dalam ekstrak metanol E. acoroides melalui proses fraksionasi bertahap menggunakan kromatografi cair kolom dan teknik spektroskopi canggih (seperti NMR, MS), sehingga diperoleh profil kimia lengkap dan rasio konsentrasi setiap metabolit yang berkontribusi pada aktivitas sitotoksik. Kedua, sebuah studi eksperimental lanjutan pada sistem kultur sel kanker manusia—dengan membandingkan sel lini tumor dan sel normal—dapat menguji selektivitas dan menentukan IC50 senyawa terisolasi, sekaligus menganalisis jalur molekular (misalnya jalur apoptosis atau modulasi histone deacetylase) untuk mengungkap mekanisme antikanker spesifik. Ketiga, perbandingan sistematik metode ekstraksi menggunakan berbagai pelarut berpolaritas berbeda (seperti metanol, etanol, kloroform, atau pelarut campuran) beserta optimasi parameter maserasi atau refluks dapat membantu memetakan efek polaritas terhadap rendemen bioaktif, mengidentifikasi fraksi paling unggul berdasarkan nilai LC50, dan mendukung pengembangan formulasi antikanker yang lebih efisien, stabil, dan aman, serta memungkinkan evaluasi stabilitas jangka panjang setiap fraksi terpilih untuk persiapan sediaan farmasi.

File size748.43 KB
Pages7
DMCAReportReport

ads-block-test