STITUWJOMBANGSTITUWJOMBANG

Urwatul Wutsqo: Jurnal Studi Kependidikan dan KeislamanUrwatul Wutsqo: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman

Baru-baru ini, banyak teori pendidikan yang berkembang berdasarkan asumsi-asumsi pada sejumlah permasalahan. Artikel ini mengeksplorasi teori belajar humanistik serta implikasinya dalam pembelajaran bahasa Arab pada maharah istima, dengan menggunakan penelitian kepustakaan, dimana data dan informasi dikumpulkan dalam bentuk kajian pustaka berkesinambungan yang dilengkapi diskusi, kemudian peneliti menganalisis data dengan metode analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran bahasa Arab maharah istima mencakup tujuan pembelajaran, model pembelajaran, penggunaan media, budaya, serta latar belakang peserta didik. Teori humanistik Carl Rogers menekankan kemanusiaan yang mendalam, tidak mengandung unsur egois, individualistik, maupun otoriter; teori ini berpusat pada siswa, menekankan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dengan memberikan hak-hak kepada siswa, memanusiakan, mengakui, dan menerima mereka, sehingga siswa menjadi optimis dalam mengungkapkan isi pikirannya.

Pembelajaran bahasa Arab dapat dikategorikan sebagai pembelajaran humanistik karena secara erat melibatkan pelaku pembelajar.Teori humanistik Carl Rogers, yang menekankan aspek ruh/spirit serta pendekatan student‑center, berhubungan langsung dengan pembelajaran maharah istima dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.Peneliti mengkhawatirkan penerapan prinsip‑prinsip humanistik di lembaga pendidikan dan menyarankan kajian mendalam lebih lanjut untuk menilai implementasinya.

Penelitian selanjutnya dapat menguji secara empiris efektivitas pendekatan humanistik dalam kelas mendengarkan bahasa Arab dengan merancang eksperimen kuasi‑eksperimental yang membandingkan kelompok belajar tradisional dan kelompok yang dipandu prinsip humanistik, sehingga dapat mengukur peningkatan kemampuan mendengarkan serta motivasi siswa. Selanjutnya, studi perbandingan antara model pembelajaran kooperatif dan model humanistik dapat dilakukan untuk menilai dampak masing‑masing model terhadap pencapaian kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik dalam konteks maharah istima, memperhatikan variabel seperti interaksi kelompok dan kepuasan belajar. Akhirnya, pengembangan kurikulum yang secara eksplisit mengintegrasikan dimensi spiritual (ruh) dalam proses pembelajaran maharah istima dapat diuji pada berbagai lembaga pendidikan dengan latar budaya berbeda, guna menilai sejauh mana unsur spiritual mempengaruhi keterlibatan, rasa percaya diri, dan keberlanjutan belajar siswa.

Read online
File size385.95 KB
Pages16
DMCAReport

Related /

ads-block-test