MARANATHAMARANATHA

Journal of Medicine and HealthJournal of Medicine and Health

Strok iskemik merupakan salah satu penyebab utama kecacatan neurologis yang memerlukan intervensi farmakologis yang tepat. Sitikolin dan pirasetam merupakan agen neuroprotektif yang umum digunakan dalam praktik klinis, namun perbandingan efektivitas keduanya masih menjadi perdebatan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas kedua obat tersebut terhadap perbaikan fungsi neurologis pasien Strok iskemik, yang dinilai berdasarkan perubahan skor Glasgow Coma Scale (GCS). Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif noneksperimental dengan pendekatan potong lintang dan data retrospektif. Sebanyak 57 pasien memenuhi kriteria inklusi dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang menerima sitikolin (n=29) dan kelompok yang menerima pirasetam (n=28). Kedua terapi diberikan secara terpisah dengan dosis sitikolin 500–1.000 mg/hari dan pirasetam 4,8–9,6 g/hari selama 7–14 hari perawatan. Analisis statistik menunjukkan peningkatan skor GCS yang signifikan setelah terapi, baik pada kelompok sitikolin (rerata skor 10,5 menjadi 12,8; p<0,001), maupun pada kelompok pirasetam (rerata skor 10,7 menjadi 12,6; p=0,027). Namun uji Mann–Whitney tidak menunjukkan perbedaan efektivitas yang bermakna antara kedua kelompok (p=0,821). Temuan ini menunjukkan bahwa sitikolin dan pirasetam sama-sama efektif dalam meningkatkan fungsi neurologis pada pasien Strok iskemik, dan keduanya dapat digunakan secara setara berdasarkan pertimbangan klinis dan ketersediaan obat.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa sitikolin dan pirasetam sama-sama efektif dalam meningkatkan fungsi neurologis pada pasien strok iskemik, ditunjukkan oleh peningkatan signifikan dalam skor GCS.Kedua terapi memberikan hasil yang positif dan tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dalam efektivitas antara keduanya.Hasil ini menunjukkan bahwa kedua agen neuroprotektif ini dapat menjadi pilihan yang sama-sama efektif dalam pengelolaan strok iskemik, dengan pemilihan yang dapat disesuaikan berdasarkan pertimbangan klinis dan ketersediaan obat.

Penelitian lanjutan dapat melakukan uji klinis prospektif dengan desain randomisasi terkontrol yang membandingkan tiga kelompok: sitikolin, pirasetam, dan kombinasi keduanya, serta menilai hasil klinis menggunakan skala NIH Stroke Scale (NIHSS) dan Modified Rankin Scale (mRS) untuk menilai fungsi jangka panjang. Selanjutnya, diperlukan studi farmakodinamik untuk menentukan dosis optimal masing‑masing agen, dengan variasi dosis dan durasi terapi yang terstandarisasi, sehingga dapat mengidentifikasi hubungan antara dosis, kadar plasma, dan perbaikan skor neurologis. Terakhir, kajian longitudinal tentang dampak neuroprotektif terhadap fungsi kognitif dan kualitas hidup pasien selama enam bulan hingga satu tahun pasca‑strok, menggunakan tes neuropsikologis terstandardisasi, akan memberikan gambaran lebih lengkap mengenai manfaat terapeutik jangka panjang. Selain itu, studi harus memantau efek samping dan tolerabilitas jangka pendek serta jangka panjang untuk memastikan keamanan penggunaan rutin. Hasil dari semua sub‑studi ini dapat diintegrasikan ke dalam pedoman klinis nasional, memperkuat keputusan terapeutik berbasis bukti bagi penyedia layanan kesehatan di wilayah dengan sumber daya terbatas.

  1. Perbandingan Efektivitas Sitikolin dan Pirasetam dalam Peningkatan Skor Glasgow Coma Scale (GCS) pada... journal.maranatha.edu/index.php/jmh/article/view/10379Perbandingan Efektivitas Sitikolin dan Pirasetam dalam Peningkatan Skor Glasgow Coma Scale GCS pada journal maranatha edu index php jmh article view 10379
File size179.76 KB
Pages7
DMCAReportReport

ads-block-test