HTPHTP

Jurnal kesehatan komunitas (Journal of community health)Jurnal kesehatan komunitas (Journal of community health)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara depresi dan fungsi kognitif pada lansia yang tinggal di institusi sosial. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sampel terdiri dari 68 lansia yang tinggal di Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL), Kota Bekasi, yang berusia ≥60 tahun, mampu berkomunikasi secara verbal, dan bersedia menjadi responden. Tingkat depresi diukur menggunakan Geriatric Depression Scale-15 (GDS-15) versi Indonesia, sedangkan fungsi kognitif diukur menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE) versi Indonesia. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak mengalami depresi, sementara separuhnya mengalami gangguan kognitif. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi Rank Spearman menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan namun lemah antara depresi dan fungsi kognitif (P-value=0.013; r: -0.301). Artinya, semakin tinggi gejala depresi yang dialami lansia, maka semakin rendah fungsi kognitifnya. Temuan ini menunjukkan adanya asosiasi antara kondisi psikologis dan penurunan fungsi kognitif pada populasi lansia institusional. Meskipun kekuatan hubungannya lemah dan desain penelitian tidak memungkinkan untuk menyimpulkan hubungan sebab-akibat, hasil ini menekankan pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental lansia. Penelitian lebih lanjut dengan desain longitudinal dan sampel yang lebih besar diperlukan untuk memahami dinamika hubungan tersebut secara mendalam.

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di Sentra Terpadu Pangudi Luhur Kota Bekasi tidak mengalami depresi, namun setengah dari mereka mengalami gangguan kognitif.Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan negatif signifikan yang lemah antara tingkat depresi dan demensia, mengindikasikan bahwa lansia dengan depresi lebih tinggi cenderung memiliki fungsi kognitif yang lebih rendah.Meskipun demikian, hubungan sebab-akibat tidak dapat disimpulkan karena desain penelitian cross-sectional, dan hasil perlu ditafsirkan hati-hati karena potensi underdiagnosis depresi pada lansia dengan demensia berat serta karakteristik populasi institusional.

Penelitian lanjutan dapat mengkaji apakah intervensi psikososial rutin seperti kegiatan kelompok, terapi berbicara, atau dukungan keluarga dapat mengurangi gejala depresi pada lansia yang sudah mengalami gangguan kognitif ringan, dan apakah penurunan depresi ini berdampak pada perlambatan penurunan fungsi kognitif seiring waktu. Selain itu, perlu diteliti bagaimana perbedaan jenis demensia—seperti demensia Alzheimer versus demensia vaskular—memengaruhi pola hubungan dengan depresi, karena mungkin ada perbedaan mekanisme biologis atau perilaku yang belum terdeteksi dalam studi ini. Terakhir, studi longitudinal dengan pengukuran berulang selama beberapa tahun dapat mengungkap apakah depresi yang muncul lebih dulu menjadi prediktor awal demensia, atau justru penurunan kognitif yang memicu munculnya depresi, sehingga memungkinkan pengembangan skrining dini yang lebih akurat dan intervensi tepat waktu untuk mencegah atau memperlambat perkembangan kedua kondisi ini secara bersamaan.

  1. APA PsycNet. psycnet loading doi.org/10.1037/0022-0167.52.2.224APA PsycNet psycnet loading doi 10 1037 0022 0167 52 2 224
  1. #gejala depresi#gejala depresi
  2. #fungsi kognitif anak#fungsi kognitif anak
File size505.4 KB
Pages7
DMCAReportReport

ads-block-test