UNILAUNILA

Jurnal Sylva LestariJurnal Sylva Lestari

Sebagian besar kayu hasil hutan saat ini memiliki daya tahan rendah sehingga rentan terhadap serangan organisme perusak kayu. Kayu sengon (Falcataria moluccana Miq.) tergolong kayu dengan kelas keawetan rendah (kelas IV–V), sehingga memerlukan pengawetan untuk melindungi dari serangan organisme perusak. Salah satu bahan ramah lingkungan yang dapat digunakan adalah cuka kayu. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh cuka kayu dari tembesu (Fagraea fragrans) dan rengas (Gluta renghas) terhadap keawetan kayu sengon terhadap jamur Schizophyllum commune Fries. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian kayu dan jenis cuka kayu berpengaruh signifikan terhadap retensi, absorpsi, penetrasi, dan kehilangan berat kayu. Beberapa senyawa kimia dalam cuka kayu tembesu dan rengas, antara lain asam asetat (CAS ethylic acid), 2-propanon-1-hidroksi (CAS acetol), fenol-2-metoksi (CAS guaiacol), dan fenol (CAS izal), mampu menghambat pertumbuhan jamur. Pengawetan kayu dengan cuka kayu tembesu dan rengas konsentrasi 70% meningkatkan keawetan kayu sengon menjadi sangat tahan (kelas I) terhadap serangan jamur S. commune.

Pengawetan kayu sengon menggunakan cuka kayu tembesu dan rengas pada konsentrasi 70% berhasil meningkatkan kelas keawetan dari IV menjadi I terhadap serangan jamur Schizophyllum commune.Retensi, absorpsi, dan penetrasi cuka kayu berkontribusi pada penurunan kehilangan berat kayu hingga di bawah 1%.Keberadaan senyawa asam asetat, acetol, guaiacol, dan izal pada cuka kayu membuktikan potensinya sebagai alternatif bahan pengawet kayu yang ramah lingkungan.

Penelitian lanjutan sebaiknya mengkaji ketahanan jangka panjang kayu sengon yang diawetkan dengan cuka kayu tembesu dan rengas di lingkungan lapangan dengan kondisi iklim berbeda, sehingga dapat mengonfirmasi efektivitasnya dalam skala demonstrasi dan memprediksi umur layanan produk. Selain itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengoptimalkan formulasi cuka kayu, misalnya dengan memvariasikan konsentrasi atau mencampurkan dengan bahan pengawet alami lain, guna mencapai keseimbangan terbaik antara daya serap preservatif, penetrasi ke dalam jaringan kayu, dan kestabilan senyawa aktif. Selanjutnya, studi mendalam tentang mekanisme antibakteri dan antifungi pada tingkat molekuler dapat mengungkap interaksi senyawa fenolik dan organik dalam cuka kayu dengan dinding sel jamur, serta potensi aplikasi pada spesies kayu tropis lain yang memiliki karakteristik serupa.

  1. DAYA HAMBAT EKSTRAK KULIT JATI (Tectona grandis Linn F) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR PELAPUK KAYU Schizophyllum... doi.org/10.26418/jhl.v7i3.36433DAYA HAMBAT EKSTRAK KULIT JATI Tectona grandis Linn F TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR PELAPUK KAYU Schizophyllum doi 10 26418 jhl v7i3 36433
  2. Utilization of Wood Vinegar as a Natural Preservative for Sengon Wood (Falcataria moluccana Miq.) against... doi.org/10.23960/jsl29302-313Utilization of Wood Vinegar as a Natural Preservative for Sengon Wood Falcataria moluccana Miq against doi 10 23960 jsl29302 313
  3. Antifungal and antitermitic activities of wood vinegar from oil palm trunk | Journal of Wood Science... doi.org/10.1007/s10086-018-1703-2Antifungal and antitermitic activities of wood vinegar from oil palm trunk Journal of Wood Science doi 10 1007 s10086 018 1703 2
  4. PERBANDINGAN TINGKAT KEAWETAN KAYU SENGON (Falcataria moluccana L. Nielsen) DAN KAYU SUGI (Cryptomeria... doi.org/10.26418/jt.v8i2.30893PERBANDINGAN TINGKAT KEAWETAN KAYU SENGON Falcataria moluccana L Nielsen DAN KAYU SUGI Cryptomeria doi 10 26418 jt v8i2 30893
File size764.2 KB
Pages12
DMCAReportReport

ads-block-test