UNILAUNILA

Jurnal Sylva LestariJurnal Sylva Lestari

Morfologi tanah hutan berkembang dalam jangka panjang akibat pengelolaan tanah hutan yang tidak intensif. Kerusakan tanah hutan terjadi akibat kegiatan penebangan, kebakaran, atau perubahan penggunaan lahan. Beberapa hutan dimanfaatkan sebagai lahan produktif, misalnya agroforestri dan produksi kehutanan. Pengelolaan intensif hutan, sebagaimana pada pertanian, juga dapat mengurangi produktivitas tanah. Ketidakakuratan penggunaan lahan hutan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau ekonomi, sehingga data dasar pengelolaan tanah di kawasan hutan sangat diperlukan. Namun, morfologi tanah di Cagar Alam Ayer Hitam (AHFR) di Malaysia belum pernah diteliti. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi karakteristik tanah dan sifat morfologi tanah di AHFR. Studi morfologi tanah dalam kondisi toposekuen diperlukan untuk mengidentifikasi perbedaan tanah pada ketinggian berbeda serta dampak erosi, transportasi, dan deposisi terhadap tanah. Penelitian dilakukan di AHFR, Puchong, Selangor Darul Ehsan, Semenanjung Malaysia. Pemetaan dilakukan dengan teknik survei tanah konvensional pendekatan fisiografis menggunakan peta skala 1:30.000. Hasil menunjukkan bahwa AHFR memiliki karakteristik morfologi dan klasifikasi tanah yang berbeda di lima posisi lereng yang berbeda, namun termasuk dalam ordo tanah yang sama, yaitu Ultisol. Tanah di AHFR terbentuk dari tanah yang sangat terlapukkan akibat curah hujan tinggi. Temuan ini penting untuk pengembangan tanah, identifikasi manajemen, dan prioritas penggunaan lahan seperti pengendalian erosi di area hutan curam, regenerasi dan reboisasi, serta dapat digunakan untuk kegiatan pendidikan, praktik, penelitian, dan pelatihan kehutanan.

Morfologi tanah hutan berkembang dalam jangka panjang akibat pengelolaan tanah hutan yang tidak intensif.Kerusakan tanah hutan terjadi akibat kegiatan penebangan, kebakaran, atau perubahan penggunaan lahan.Beberapa hutan dimanfaatkan sebagai lahan produktif, misalnya agroforestri dan produksi kehutanan.Pengelolaan intensif hutan, sebagaimana pada pertanian, juga dapat mengurangi produktivitas tanah.Ketidakakuratan penggunaan lahan hutan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau ekonomi, sehingga data dasar pengelolaan tanah di kawasan hutan sangat diperlukan.Namun, morfologi tanah di Cagar Alam Ayer Hitam (AHFR) di Malaysia belum pernah diteliti.Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi karakteristik tanah dan sifat morfologi tanah di AHFR.Studi morfologi tanah dalam kondisi toposekuen diperlukan untuk mengidentifikasi perbedaan tanah pada ketinggian berbeda serta dampak erosi, transportasi, dan deposisi terhadap tanah.Penelitian dilakukan di AHFR, Puchong, Selangor Darul Ehsan, Semenanjung Malaysia.Pemetaan dilakukan dengan teknik survei tanah konvensional pendekatan fisiografis menggunakan peta skala 1.Hasil menunjukkan bahwa AHFR memiliki karakteristik morfologi dan klasifikasi tanah yang berbeda di lima posisi lereng yang berbeda, namun termasuk dalam ordo tanah yang sama, yaitu Ultisol.Tanah di AHFR terbentuk dari tanah yang sangat terlapukkan akibat curah hujan tinggi.Temuan ini penting untuk pengembangan tanah, identifikasi manajemen, dan prioritas penggunaan lahan seperti pengendalian erosi di area hutan curam, regenerasi dan reboisasi, serta dapat digunakan untuk kegiatan pendidikan, praktik, penelitian, dan pelatihan kehutanan.Tanah di Cagar Alam Ayer Hitam menunjukkan perbedaan morfologi dan klasifikasi di lima posisi lereng yang berbeda, meskipun semua termasuk dalam ordo Ultisol.Penelitian lanjutan dapat mengeksplorasi bagaimana perubahan pola curah hujan akibat iklim berubah memengaruhi laju illuviasi lempung dan pembentukan fragipan di berbagai posisi lereng di Cagar Alam Ayer Hitam.Selain itu, perlu diteliti sejauh mana keberadaan plinthite dan petroplinthite di lereng datar memengaruhi kemampuan tanah menyimpan karbon dan air, serta bagaimana hal ini berdampak pada regenerasi spesies pohon endemik di bawah kanopi hutan.Terakhir, studi dapat dikembangkan untuk memahami hubungan dinamis antara tekstur tanah, kepadatan tanah, dan distribusi akar pohon di sepanjang toposekuen, dengan fokus pada bagaimana variasi ini memengaruhi ketahanan hutan terhadap kekeringan dan erosi dalam jangka panjang.Temuan ini penting untuk pengelolaan tanah, pengendalian erosi di lereng curam, serta mendukung kegiatan pendidikan, penelitian, dan reboisasi berkelanjutan di kawasan hutan.Morfologi tanah hutan berkembang dalam jangka panjang akibat pengelolaan tanah hutan yang tidak intensif.Kerusakan tanah hutan terjadi akibat kegiatan penebangan, kebakaran, atau perubahan penggunaan lahan.Beberapa hutan dimanfaatkan sebagai lahan produktif, misalnya agroforestri dan produksi kehutanan.Pengelolaan intensif hutan, sebagaimana pada pertanian, juga dapat mengurangi produktivitas tanah.Ketidakakuratan penggunaan lahan hutan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau ekonomi, sehingga data dasar pengelolaan tanah di kawasan hutan sangat diperlukan.Namun, morfologi tanah di Cagar Alam Ayer Hitam (AHFR) di Malaysia belum pernah diteliti.Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi karakteristik tanah dan sifat morfologi tanah di AHFR.Studi morfologi tanah dalam kondisi toposekuen diperlukan untuk mengidentifikasi perbedaan tanah pada ketinggian berbeda serta dampak erosi, transportasi, dan deposisi terhadap tanah.Penelitian dilakukan di AHFR, Puchong, Selangor Darul Ehsan, Semenanjung Malaysia.Pemetaan dilakukan dengan teknik survei tanah konvensional pendekatan fisiografis menggunakan peta skala 1.Hasil menunjukkan bahwa AHFR memiliki karakteristik morfologi dan klasifikasi tanah yang berbeda di lima posisi lereng yang berbeda, namun termasuk dalam ordo tanah yang sama, yaitu Ultisol.Tanah di AHFR terbentuk dari tanah yang sangat terlapukkan akibat curah hujan tinggi.Temuan ini penting untuk pengembangan tanah, identifikasi manajemen, dan prioritas penggunaan lahan seperti pengendalian erosi di area hutan curam, regenerasi dan reboisasi, serta dapat digunakan untuk kegiatan pendidikan, praktik, penelitian, dan pelatihan kehutanan.

Penelitian lanjutan dapat mengeksplorasi bagaimana perubahan pola curah hujan akibat iklim berubah memengaruhi laju illuviasi lempung dan pembentukan fragipan di berbagai posisi lereng di Cagar Alam Ayer Hitam. Selain itu, perlu diteliti sejauh mana keberadaan plinthite dan petroplinthite di lereng datar memengaruhi kemampuan tanah menyimpan karbon dan air, serta bagaimana hal ini berdampak pada regenerasi spesies pohon endemik di bawah kanopi hutan. Terakhir, studi dapat dikembangkan untuk memahami hubungan dinamis antara tekstur tanah, kepadatan tanah, dan distribusi akar pohon di sepanjang toposekuen, dengan fokus pada bagaimana variasi ini memengaruhi ketahanan hutan terhadap kekeringan dan erosi dalam jangka panjang.

  1. Toposequent Effect on Soil Morphology and Classification of Ultisol Soil in the Ayer Hitam Forest Reserve,... doi.org/10.23960/jsl29202-212Toposequent Effect on Soil Morphology and Classification of Ultisol Soil in the Ayer Hitam Forest Reserve doi 10 23960 jsl29202 212
  2. Improvement of Soil Chemical Properties and Growth of Maize due to Biochar Application on Ultisol | JOURNAL... doi.org/10.5400/jts.2019.v24i3.101-107Improvement of Soil Chemical Properties and Growth of Maize due to Biochar Application on Ultisol JOURNAL doi 10 5400 jts 2019 v24i3 101 107
  3. Impact of rainfall and topography on the distribution of clays and major cations in granitic catenas... doi.org/10.1016/j.catena.2011.05.017Impact of rainfall and topography on the distribution of clays and major cations in granitic catenas doi 10 1016 j catena 2011 05 017
  4. Establishing a secure connection .... establishing secure connection hold tight security service protect... doi.org/10.1590/18069657rbcs20170191Establishing a secure connection establishing secure connection hold tight security service protect doi 10 1590 18069657rbcs20170191
  1. #against land#against land
  2. #fraction carbon powder#fraction carbon powder
File size1.67 MB
Pages11
DMCAReportReport

ads-block-test