RCRSRCRS

Societas Dei: Jurnal Agama dan MasyarakatSocietas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat

Pluralisme agama di Indonesia pada saat ini berada dalam kondisi membingungkan. Realitas keanekaragaman agama diisolasi oleh penafsiran yang menyesatkan dan dangkal. Ruang untuk dialog agamawi dijerat oleh keegoisan kelompok, digencet oleh formalisme agama, dan juga klaim-klaim kebenaran teologis. Pendekatan dialog yang mencakup eksklusivisme, inklusivisme, dan bahkan pluralisme, tidak mampu merajut pluralitas agama. Tradisi-tradisi, simbol-simbol, ritual-ritual, dimensi-dimensi etis, dan inti universal di dalam agama-agama sebagai sebuah prakondisi dialog itu ternyata diabaikan. Pluralisme yang demikian akan membawa kepada relativisme di dalam ajaran-ajaran dari agama-agama. Di dalam konteks itu, penulis menawarkan dua konsep pendekatan sebagai sebuah gagasan baru untuk dialog antar agama. Etika Global oleh Hans Küng dan Filsafat Perennial oleh Seyyed Hossein Nasr. Dua konsep ini memberikan sebuah pemahaman mengenai apa itu keunikan dan dimensi-dimensi keunikan dari agama yang harus diamati dan seharusnya tidak diabaikan.

Pluralisme agama di Indonesia menghadapi tantangan serius akibat penafsiran dangkal, klaim kebenaran teologis, dan formalisme agama yang mengabaikan dimensi etis dan universal agama-agama.Konsep Etika Global oleh Hans Küng dan Filsafat Perennial oleh Seyyed Hossein Nasr menawarkan pendekatan baru dalam dialog beragama yang menghargai keunikan masing-masing agama sekaligus menekankan nilai-nilai bersama yang universal.Kedua pendekatan ini relevan untuk mengatasi relativisme dan membangun ruang dialog yang tulus berdasarkan pengakuan, apresiasi, serta keterbukaan antarumat beragama.

Pertama, perlu penelitian tentang bagaimana pendidikan agama di sekolah dapat dirancang untuk memadukan aspek sosiologis beragama dengan praktik langsung di masyarakat, agar peserta didik tidak hanya memahami ajaran secara teoritis tetapi juga mengalami keberagaman secara langsung. Kedua, perlu studi mengenai efektivitas festival budaya dan seni lintas agama dalam menciptakan suasana perjumpaan informal yang mendorong apresiasi antarumat beragama, dengan melihat bagaimana seni dan budaya dapat menjadi jembatan dialog yang lebih manusiawi daripada diskusi teologis formal. Ketiga, perlu eksplorasi terhadap model ruang publik multireligius yang inklusif, seperti taman atau pusat kegiatan bersama, untuk meneliti bagaimana desain fisik dan program sosial dapat mendukung interaksi alami dan berkelanjutan antarumat beragama tanpa tekanan ideologis atau formalitas yang kaku. Penelitian-penelitian ini penting untuk mengembangkan strategi dialog beragama yang berbasis pengalaman, kontekstual, dan berkelanjutan, yang selaras dengan nilai-nilai kebhinekaan dan Pancasila.

Read online
File size586.47 KB
Pages32
Short Linkhttps://juris.id/p-1uJ
Lookup LinksGoogle ScholarGoogle Scholar, Semantic ScholarSemantic Scholar, CORE.ac.ukCORE.ac.uk, WorldcatWorldcat, ZenodoZenodo, Research GateResearch Gate, Academia.eduAcademia.edu
DMCAReport

Related /

ads-block-test