ENDLESS JOURNALENDLESS JOURNAL

ENDLESS: INTERNATIONAL JOURNAL OF FUTURE STUDIESENDLESS: INTERNATIONAL JOURNAL OF FUTURE STUDIES

Artikel ini bertujuan untuk menyoroti dimensi politik – dalam arti luas – dari pengakuan dosa dan inkuisisi dalam munculnya prosedur untuk menjatuhkan hukuman dosa tersembunyi. Artikel ini melakukannya dengan memasukkan keduanya dalam bentuk ganda, pastoral dan yuridis, yang dikembangkan oleh pemerintahan gereja abad pertengahan untuk mengutuk ketidaktaatan terhadap ortodoksi dan orthopraxis Romawi yang baru. Dalam hal ini, perangkat pengakuan dan inkuisitorial dipahami dalam kaitannya dengan munculnya bidat sebagai tantangan yang keras kepala terhadap pemerintahan Romawi – dalam ketegangan antara pemerintahan terhadap diri sendiri dan pemerintahan terhadap orang lain.

Heresi dipandang sebagai kejahatan pengkhianatan terhadap otoritas ilahi, yang membenarkan persekusi dan penghancuran bidat.Perlakuan terhadap tubuh orang-orang pemberontak menjadi cara untuk menghukum perilaku bidat, dan proses inkuisisi muncul sebagai respons terhadap kebutuhan untuk mengungkap dan menghukum kejahatan.Tindakan gereja diperluas untuk mengungkap apa yang tersembunyi, yang menyebabkan pemeriksaan dan tuduhan yang lebih luas, serta erosi ikatan solidaritas komunitas yang sebelumnya.Jika perlawanan terhadap pemerintahan pontifikial dan delegasinya tidak berhenti, kemungkinan seorang bidat akan disiksa sampai pengakuan bersalah adalah cara untuk mengendalikan kerusuhan spiritual dalam kekaisaran.

Penelitian lebih lanjut dapat mengeksplorasi bagaimana perubahan dalam praktik pengakuan dosa memengaruhi hubungan antara individu dan otoritas gereja di abad pertengahan. Studi komparatif tentang bagaimana inkuisisi di berbagai wilayah memengaruhi dinamika sosial dan politik dapat memberikan wawasan baru tentang dampak keagamaan terhadap masyarakat. Selain itu, analisis mendalam tentang representasi bidat dalam sumber-sumber kontemporer dapat mengungkapkan lebih banyak tentang bagaimana orang-orang pada masa itu memahami dan menanggapi bentuk-bentuk penyimpangan agama. Terakhir, mempelajari peran perempuan dalam proses inkuisisi, baik sebagai korban maupun sebagai pelaku, dapat menantang narasi tradisional tentang kekuasaan dan agama.

Read online
File size674.87 KB
Pages11
Short Linkhttps://juris.id/p-1ug
Lookup LinksGoogle ScholarGoogle Scholar, Semantic ScholarSemantic Scholar, CORE.ac.ukCORE.ac.uk, WorldcatWorldcat, ZenodoZenodo, Research GateResearch Gate, Academia.eduAcademia.edu
DMCAReport

Related /

ads-block-test