IKMEDIAIKMEDIA

Jurnal Ilmu Sosial dan HumanioraJurnal Ilmu Sosial dan Humaniora

Museum Negeri Provinsi Riau, yang saat ini lebih dikenal dengan nama Museum Sang Nila Utama, merupakan salah satu museum di Indonesia yang lahir dari program pengembangan museum di setiap provinsi melalui Program Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Pembangunan museum pertama di Riau termasuk dalam program Pelita II yang dilaksanakan pada tahun anggaran 1974/1975 – 1978/1979 bersama 25 museum lain di seluruh Indonesia. Pembangunan awal museum dimulai dengan pembentukan Bagian Museum Sejarah dan Purbakala untuk membantu pelaksanaan upaya pengembangan museum. Peresmian Museum Negeri Provinsi Riau diresmikan langsung oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, yaitu Prof. Dr. Edi Sedyawati pada 9 Juli 1994. Dalam perjalanannya dari tahun 1975-2001, Museum Negeri Provinsi Riau mengalami banyak perubahan, baik dari aspek fisik maupun non-fisik, hingga pemanfaatan museum tidak hanya sebagai tempat pelestarian benda sejarah tetapi juga sebagai tempat pembelajaran bagi siswa dan masyarakat luas.

Museum Negeri Provinsi Riau, yang kini dikenal sebagai Museum Daerah Sang Nila Utama, didirikan di Pekanbaru sejak tahun 1975, diresmikan pada 1994, dan namanya disahkan pada 2001, dengan tujuan utama melestarikan benda bersejarah dan purbakala masyarakat Melayu Riau.Pembangunan infrastruktur dan pengumpulan koleksi museum dilakukan secara bertahap melalui anggaran APBD, menunjukkan perkembangan yang signifikan.Museum ini terbukti sangat bermanfaat sebagai pusat pendidikan dan pelestarian budaya, dibuktikan dengan tingginya jumlah kunjungan sekolah serta koleksi yang mencapai 4.

Melihat peran krusial Museum Negeri Provinsi Riau (Sang Nila Utama) dalam pelestarian dan edukasi budaya, penelitian lanjutan dapat menyoroti beberapa aspek penting. Pertama, akan sangat berharga untuk menganalisis dampak jangka panjang dari transisi pengelolaan museum dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah pasca tahun 2001. Pertanyaan penelitian bisa meliputi bagaimana perubahan kebijakan desentralisasi ini memengaruhi stabilitas pendanaan, strategi pengembangan koleksi, profesionalisme sumber daya manusia, serta program publik museum hingga saat ini. Studi ini dapat membandingkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sebelum dan sesudah desentralisasi, mengidentifikasi tantangan dan peluang dalam konteks otonomi daerah, serta menyajikan rekomendasi kebijakan untuk optimalisasi operasional museum. Kedua, mengingat fungsi museum sebagai sumber dan media pembelajaran, diperlukan penelitian evaluatif yang lebih mendalam mengenai efektivitas program edukasi yang telah berjalan. Misalnya, bagaimana kunjungan sekolah atau pameran benar-benar memengaruhi pemahaman sejarah dan budaya pada berbagai jenjang pendidikan. Penelitian ini bisa menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif untuk mengukur peningkatan pengetahuan dan perubahan persepsi, yang kemudian memberikan masukan untuk merancang program edukasi yang lebih menarik. Terakhir, seiring dengan perkembangan teknologi, studi eksplorasi tentang potensi digitalisasi dan penggunaan teknologi interaktif dalam meningkatkan pemanfaatan Museum Sang Nila Utama sangat relevan. Penelitian dapat menyelidiki bagaimana museum dapat memanfaatkan platform digital, realitas virtual, atau aplikasi seluler untuk memperluas jangkauan edukasi dan meningkatkan pengalaman pengunjung, sehingga warisan budaya Riau dapat diakses dan diapresiasi oleh khalayak yang lebih luas, termasuk mereka yang tidak dapat berkunjung secara fisik.

  1. #komunikasi interpersonal#komunikasi interpersonal
  2. #rumah makan#rumah makan
Read online
File size1019.41 KB
Pages20
Short Linkhttps://juris.id/p-1qQ
Lookup LinksGoogle ScholarGoogle Scholar, Semantic ScholarSemantic Scholar, CORE.ac.ukCORE.ac.uk, WorldcatWorldcat, ZenodoZenodo, Research GateResearch Gate, Academia.eduAcademia.edu
DMCAReport

Related /

ads-block-test