STAIN KEPRISTAIN KEPRI

PERADAPERADA

Konteks pramodern menempatkan mufasir klasik pada penafsiran tunggal atas term ibnu sabil dalam Al-Quran. Mereka hanya memaknai ibnu sabil sebagai musafir yang kehabisan bekal. Pemaknaan yang terbatas ini sudah tidak bisa dipertahankan lagi, karena konteks sosial, ekonomi, maupun politik di era modern-kontemporer sudah berubah. Penelitian ini berupaya melakukan kontekstualisasi atas ayat-ayat ibnu sabil dalam Al-Quran di era modern-kontemporer. Penelitian ini merupakan jenis kualitatif dengan memanfaatkan data-data kepustakaan yang dikumpulkan melalui metode maudhui, dengan fokus pada ayat-ayat yang menyinggung ibnu sabil. Sedangkan pendekatan kontekstual Abdullah Saeed digunakan sebagai pisau analisis. Penelitian ini menghimpun delapan ayat tentang ibnu sabil dalam Al-Quran yang tersebar dalam tujuh surah, terdiri dari dua surah makkiyah, dan enam madaniyyah. Temuannya adalah bahwa ayat-ayat ibnu sabil, masuk dalam hierarki nilai kedua, yakni nilai fundamental (fundamental values). Kontekstualisasi ayat-ayat ibnu sabil di era modern-kontemporer menempatkan ibnu sabil pada makna yang lebih luas dari sekedar musafir, sebagaimana penafsiran pramodern. Ibnu sabil saat ini adalah, mencakup pada anak jalanan, dan mereka yang tidak memiliki tempat tinggal tetap (homeless). Oleh karena itu, lembaga pengelola zakat, baik dari pihak swasta maupun pemerintah, seharusnya bisa memperluas cakupan penerima zakat (mustahik) dari klaster ibnu sabil sebagaimana temuan penelitian ini.

Ayat-ayat ibnu sabil dalam Al-Quran masuk dalam hierarki nilai fundamental berdasarkan pendekatan kontekstual Abdullah Saeed.Kontekstualisasi di era modern menempatkan ibnu sabil pada makna yang lebih luas dari sekadar musafir, mencakup anak jalanan, gelandangan, dan mereka yang tidak memiliki tempat tinggal tetap.Lembaga pengelola zakat seharusnya memperluas cakupan mustahik berdasarkan temuan ini.

Pertama, perlu penelitian lebih lanjut tentang bagaimana implementasi makna baru ibnu sabil diterapkan dalam kebijakan distribusi zakat di lembaga-lembaga zakat swasta maupun pemerintah, untuk melihat sejauh mana kebijakan tersebut mendukung inklusi sosial. Kedua, perlu studi komparatif antara pemahaman ibnu sabil dalam masyarakat perkotaan dan pedesaan, mengingat kondisi anak jalanan dan tunawisma sangat dipengaruhi oleh konteks geografis dan ekonomi lokal. Ketiga, sebaiknya dilakukan penelitian tentang persepsi masyarakat muslim terhadap kelayakan anak jalanan dan tunawisma sebagai penerima zakat, guna memahami hambatan sosial atau kultural dalam mengadopsi pendekatan kontekstual terhadap ayat-ayat ibnu sabil.

  1. ANALISIS KEBIJAKAN BAZNAS TENTANG IBNU SABIL SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT | Jurnal Ar-Ribh. analisis kebijakan... journal.unismuh.ac.id/index.php/ar-ribh/article/view/4255ANALISIS KEBIJAKAN BAZNAS TENTANG IBNU SABIL SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT Jurnal Ar Ribh analisis kebijakan journal unismuh ac index php ar ribh article view 4255
  2. PERLINDUNGAN FINANSIAL ZAKAT ANAK JALANAN DALAM ALQURAN: Studi Tafsir Tematik Maqâṣidî... doi.org/10.24235/diyaafkar.v8i1.5972PERLINDUNGAN FINANSIAL ZAKAT ANAK JALANAN DALAM ALQURAN Studi Tafsir Tematik MaqyEAyAAidyEA doi 10 24235 diyaafkar v8i1 5972
Read online
File size1.41 MB
Pages16
Short Linkhttps://juris.id/p-1qu
Lookup LinksGoogle ScholarGoogle Scholar, Semantic ScholarSemantic Scholar, CORE.ac.ukCORE.ac.uk, WorldcatWorldcat, ZenodoZenodo, Research GateResearch Gate, Academia.eduAcademia.edu
DMCAReport

Related /

ads-block-test