INSURIPONOROGOINSURIPONOROGO

Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan KeagamaanAl-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan

Tradisi shalawat di Indonesia terus berkembang menjadi media yang inklusif untuk transformasi spiritual dan sosial. Komunitas Mafia Shalawat di Ponorogo mempresentasikan pendekatan unik dakwah melalui praktik shalawat yang melibatkan individu dari latar belakang non-religius, seperti mantan preman dan atlet tempur. Berasaskan QS. Al-Ahzab:56, komunitas ini menggunakan shalawat sebagai sarana membangun identitas beragama, memupuk solidaritas sosial, dan menyelesaikan konflik masyarakat. Studi ini bertujuan mengkaji bagaimana tafsiran kreatif dari ayat Quran tersebut menjadi fondasi ideologis pembentukan habitus beragama baru serta mencipta ruang dakwah inklusif. Metode yang digunakan adalah hermeneutika teoretis, dipadu dengan teori ideologi Pierre Bourdieu tentang habitus dan arena, melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumen. Hasilnya menunjukkan bahwa QS. Al-Ahzab:56 menjadikan shalawat sebagai medium transformasi perilaku dan identitas anggota, serta mengatasi stigma sosial melalui lingkungan komunitas yang terbuka.

56 menjadi landasan utama Mafia Shalawat untuk mengembangkan tradisi shalawat sebagai media transformasi spiritual dan sosial.Shalawat diinterpretasikan sebagai jalur emosional melibatkan nilai‑nilai Islam, melalui praktik seperti maulid diba dan al‑barzanji yang membentuk habitus religius.Pendekatan ini menggambarkan Living Quran di mana ajaran Al‑Quran relevan bagi kebutuhan spiritual dan sosial masyarakat modern.

Bagaimana praktik shalawat di komunitas mafia shalawat di wilayah lain dapat memediasi transformasi sosial, membandingkan konteks budaya dan tingkat partisipasi? Sejauh mana pendekatan dakwah berbasis shalawat dapat diadaptasi sebagai strategi kebijakan publik untuk menurunkan kriminalitas dan meningkatkan rekonsiliasi sosial? Apakah model dakwah komunitas mafia shalawat lebih efektif dalam mempromosikan solidaritas sosial dibandingkan dakwah tradisional, dan bagaimana dampaknya dapat diukur secara kuantitatif dalam jangka panjang?.

  1. THE LIVING AL-QUR’AN: BEBERAPA PERSPEKTIF ANTROPOLOGI | Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan.... doi.org/10.21580/ws.20.1.198THE LIVING AL QURAoAN BEBERAPA PERSPEKTIF ANTROPOLOGI Walisongo Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan doi 10 21580 ws 20 1 198
  2. Living Qur’an, Transformasi Sosial, dan Spiritualitas: Ideologisasi Shalawat dalam Komunitas Mafia... doi.org/10.37680/adabiya.v17i2.2308Living QurAoan Transformasi Sosial dan Spiritualitas Ideologisasi Shalawat dalam Komunitas Mafia doi 10 37680 adabiya v17i2 2308
  3. PONOROGO, THE LITTLE JAVA: POTRET KEBUDAYAAN DAN KEBERAGAMAAN MASYARAKAT MUSLIM PONOROGO ABAD XX | Al-Adabiya:... ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/adabiya/article/view/2PONOROGO THE LITTLE JAVA POTRET KEBUDAYAAN DAN KEBERAGAMAAN MASYARAKAT MUSLIM PONOROGO ABAD XX Al Adabiya ejournal insuriponorogo ac index php adabiya article view 2
  4. Dakwah yang Menyelamatkan: Memaknai Ulang Hakikat dan Tujuan Da’wah Islamiyah | Al-Adabiya: Jurnal... doi.org/10.37680/adabiya.v15i02.487Dakwah yang Menyelamatkan Memaknai Ulang Hakikat dan Tujuan DaAowah Islamiyah Al Adabiya Jurnal doi 10 37680 adabiya v15i02 487
  1. #agama islam#agama islam
Read online
File size1.01 MB
Pages10
Short Linkhttps://juris.id/p-1kq
DMCAReport

Related /

ads-block-test