IPBIPB

Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management)Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management)

Salah satu ancaman yang dihadapi Cagar Biosfer Cibodas adalah konversi lahan hutan menjadi perkebunan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh manajemen Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) untuk memulihkan fungsi asli area tersebut, termasuk penanaman pohon pada lahan bekas perkebunan yang ditinggalkan petani. Pada tahun 2016, Kebun Raya Botani Cibodas bekerja sama dengan TNGP menanam spesies pohon asli yang memiliki potensi sekuestrasi karbon tinggi; enam ratus bibit dari dua belas spesies lokal (Altingia excelsa, Castanopsis argentea, Castanopsis javanica, Castanopsis tunggurut, Dacrycarpus imbricatus, Euonymus indicus, Lithocarpus indutus, Magnolia blumei, Persea rimosa, Syzygium acuminatissimum, Sloanea sigun, dan Schima wallichii) dipelihara. Pengamatan evaluasi dilakukan pada Januari, Februari, dan Juli 2016 dengan mengukur tinggi tanaman, diameter pangkal akar, dan lebar tajuk; data dianalisis menggunakan RGR (Relative Growth Rate) dan RPI (Relative Performance Index). Hasil selama enam bulan menunjukkan tingkat kesintasan rata‑rata 60,56 %, dengan nilai tertinggi pada Altingia excelsa dan Castanopsis javanica (80 %); Castanopsis tunggurut memiliki kesintasan terendah (33,33 %). Tingkat pertumbuhan terbaik ditunjukkan oleh Schima wallichii. Pertumbuhan terganggu oleh kerapatan gulma dan semak yang tinggi serta kerusakan fisik akibat aktivitas manusia, terutama pada Castanopsis tunggurut dan Sloanea sigun.

Keseluruhan, kedua belas spesies pohon yang ditanam menunjukkan kemampuan bertahan di area restorasi, namun perlu memperhatikan kondisi naungan sesuai karakteristik masing‑masing.Pengendalian populasi tumbuhan bawah juga penting untuk mengoptimalkan pertumbuhan bibit.Pada area dengan kerapatan tumbuhan bawah tinggi, Altingia excelsa, Castanopsis javanica, dan Schima wallichii direkomendasikan untuk revegetasi pegunungan karena daya tahan dan kemampuan kompetitifnya meskipun pertumbuhan Altingia excelsa relatif lambat.

Penelitian selanjutnya dapat mengevaluasi pengaruh variasi kepadatan penanaman terhadap kesintasan dan pertumbuhan spesies lokal, sehingga dapat ditentukan pola penanaman optimal yang meminimalkan kompetisi dengan gulma. Selanjutnya, studi komparatif antara penanaman monokultur dan campuran spesies (misalnya kombinasi Altingia excelsa, Castanopsis javanica, dan Schima wallichii) dapat mengungkap sinergi ekologis yang meningkatkan sekuestrasi karbon dan ketahanan terhadap tekanan lingkungan. Terakhir, investigasi manfaat inokulasi mikoriza atau aplikasi pupuk organik pada bibit dapat menilai peningkatan pertumbuhan dan adaptasi pada tanah yang miskin nutrisi, khususnya di area dengan naungan kuat dan kerapatan tumbuhan bawah tinggi.

File size688.87 KB
Pages8
DMCAReportReport

ads-block-test