UNUSAUNUSA

Journal | Universitas Nahdlatul Ulama SurabayaJournal | Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Sampel yang digunakan untuk pengukuran elektrolit serum sebaiknya dianalisis segera setelah diterima di laboratorium dalam waktu 1-2 jam untuk menghindari peningkatan kesalahan hasil. Serum sebaiknya disimpan pada suhu 4°C untuk mencegah kerusakan. Analis harus mempertimbangkan waktu penundaan maksimal dalam pemeriksaan untuk menjaga kualitas serum. Penelitian ini membandingkan penundaan 2 jam dan 3 jam dalam pengujian natrium (Na), kalium (K), dan klorin (Cl). Metode yang digunakan adalah analisis observasional dengan desain studi cross-sectional. Sampel penelitian menggunakan sisa serum 35 pasien. Penelitian dilakukan pada November 2020 dengan teknik pengambilan sampel berkelanjutan. Tingkat elektrolit dalam sampel diukur menggunakan AVL 9180 Electrolyte Analyzer dengan metode Ion-Selective Electrode (ISE). Perbedaan tingkat elektrolit (Na, K, Cl) dianalisis dengan uji statistik Kruskal-Wallis pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil menunjukkan nilai p untuk natrium, kalium, dan klorin masing-masing adalah 0,719; 0,976; dan 0,772. Penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam kandungan elektrolit natrium (Na), kalium (K), dan klorin (Cl) pada serum yang langsung diuji dibandingkan dengan serum yang disimpan pada suhu 4°C selama 2 jam dan 3 jam. Kesimpulannya, penundaan pemeriksaan serum hingga 3 jam dengan berbagai pertimbangan masih dapat diterima.

Penelitian ini menemukan tidak ada perbedaan signifikan dalam kadar natrium (Na ), kalium (K ), dan klorida (Cl-) serum antara sampel yang langsung diperiksa dengan sampel yang disimpan selama 2 dan 3 jam pada suhu 4°C, sehingga penundaan pemeriksaan serum hingga 3 jam masih dapat diterima.Penyimpanan serum pada suhu 4°C selama maksimal 3 jam dianggap mempertahankan stabilitas elektrolit, sesuai dengan temuan penelitian sebelumnya yang menunjukkan stabilitas hingga 48 jam pada suhu serupa.Namun, keterbatasan studi ini adalah jangkauan waktu penyimpanan yang hanya mencakup 2 dan 3 jam, sehingga waktu penyimpanan maksimum yang aman perlu diteliti lebih lanjut.

Penelitian lanjutan dapat menguji apakah penyimpanan serum pada suhu 4°C selama lebih dari 3 jam, misalnya hingga 6 atau 12 jam, masih mempertahankan stabilitas kadar elektrolit Na, K, dan Cl, karena saat ini batas aman belum jelas. Selain itu, perlu diteliti pengaruh jenis wadah penyimpanan—seperti tabung gel separator, tabung kaca, atau tabung plastik—terhadap kestabilan elektrolit, karena perbedaan material wadah mungkin memengaruhi permeabilitas atau adsorpsi ion. Terakhir, studi dapat dilakukan dengan memvariasikan suhu penyimpanan, seperti 4°C, 10°C, dan 25°C, untuk menentukan suhu optimal yang meminimalkan perubahan elektrolit di lingkungan tropis seperti Indonesia, sehingga pedoman laboratorium bisa disesuaikan dengan kondisi iklim setempat dan kebutuhan praktis di fasilitas kesehatan.

  1. Journal | Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. journal universitas nahdlatul ulama surabaya quick jump... doi.org/10.33086/ijmlst.v3i2.1870Journal Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya journal universitas nahdlatul ulama surabaya quick jump doi 10 33086 ijmlst v3i2 1870
File size301.96 KB
Pages9
DMCAReportReport

ads-block-test