UNUSAUNUSA

Journal | Universitas Nahdlatul Ulama SurabayaJournal | Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Penetapan protein dalam urin penting dalam pemeriksaan klinis selaras dengan parameter urin lainnya. Kehadiran protein dalam urin dapat diinterpretasikan sebagai adanya gangguan ginjal. Metode koagulasi asam dan panas masih sering digunakan di berbagai daerah untuk menentukan protein urin. Pada metode ini, karakteristik protein yang akan melumpuh pada keberadaan asam atau panas dibandingkan untuk memperoleh informasi mengenai jumlah protein. Semakin banyak protein, semakin jelas koagulasi. pH urin juga bervariasi sesuai kondisi; keasidan klasik akan menghasilkan urin asam dan keberadaan bakteri pembentuk amonium dapat menyebabkan urin basa. Penelitian ini menggunakan metode asam asetat 6% (CH3COOH) dengan pH 2,9 dan buffer asam asetat pH 4,5 untuk menentukan jumlah protein tertentu ( 3 nilai, sebanding dengan 2–4 mg/dL protein urin) pada berbagai nilai pH sampel urin. Untuk membandingkan hasil, pertama di urin kontrol dengan pH 6,8 perbandingan kedua metode menggunakan uji Mann‑Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan; kemudian uji Kruskal‑Wallis digunakan untuk membandingkan hasil pada nilai pH lain dengan kontrol, dan uji juga menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa baik asam asetat dengan pH 2,9 maupun buffer asam asetat dengan pH 4,5 dapat digunakan untuk menentukan jumlah protein urin.

Metode koagulasi asam dan panas dapat digunakan untuk menentukan protein urin pada rentang pH 6,5 hingga 7,5.Uji acetic acid 6 % (pH 2,9) dan buffer asam asetat pH 4,5 memberikan hasil positif 3, setara dengan 0,2–0,4 g/dL protein.Tidak ada perbedaan signifikan antara kedua metode, sehingga keduanya dapat digunakan secara praktis.

Pertanyaan: Apakah metode koagulasi asam asetat 6 % dan buffer asam asetat pH 4,5 dapat memberikan hasil yang konsisten pada urin pasien dengan proteinuria ringan hingga berat? Uji coba pada sampel urin klien nyata diperlukan untuk menilai akurasi dan keterbatasannya dibandingkan dengan pengukuran konsentrasi protein lewat metode kuantitatif seperti turbidimetri atau spektroskopi. Pertanyaan: Bagaimana pengaruh variasi pH urin pada berada di luar rentang 6,5–7,5, misalnya pH < 6 atau > 7,5, terhadap titik sensitivitas kedua metode? Penelitian eksperimen tambahan dengan penambahan buffer tambahan atau penyesuaian pH secara sistematis akan memberikan gambaran lebih lengkap. Pertanyaan: Apakah nilai 3 yang setara dengan 0,2–0,4 g/dL dapat disesuaikan secara jarak bersandar pada spesies protein berbeda (albumin, β2‑mikroglobulin, kalsium)? Analisis protein spesifik melalui elektroforesis pada hasil koagulasi akan memperklasifikasikan keandalan metode untuk deteksi spesifik protein.

File size1016.68 KB
Pages8
DMCAReportReport

ads-block-test