UNUSAUNUSA

Journal | Universitas Nahdlatul Ulama SurabayaJournal | Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Pewarnaan jaringan menggunakan hematoksilin-eosin (HE) merupakan metode standar pewarnaan histopatologis. Namun, proses pewarnaan ini terhambat apabila reagen hematoksilin tidak tersedia di laboratorium, sehingga diperlukan reagen alternatif untuk menggantikan hematoksilin. Metilen biru merupakan zat pewarna basa yang berinteraksi dengan inti sel yang bermuatan ionik negatif pada jaringan, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pewarnaan nuklei. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penggunaan metilen biru 1% untuk pewarnaan inti sel pada preparat histopatologi. Sampel penelitian terdiri dari 15 preparat patologis yang dipilih secara acak, meliputi kasus kanker payudara, serviks, dan ovarium di bank sampel Laboratorium Patologi Anatomi RSUD dr. Slamet Garut, Indonesia. Eksperimen menunjukkan bahwa pewarnaan dengan metilen biru menghasilkan kualitas “cukup pada 40% preparat dan kualitas “buruk pada 60% preparat. Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan memodifikasi pH reagen metilen biru 1% agar hasil pewarnaan memadai setara dengan penggunaan hematoksilin.

Preparat yang diwarnai menggunakan metilen biru 1% dapat mewarnai inti sel dengan cukup baik.Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu dilakukan modifikasi pH reagen metilen biru 1% untuk memaksimalkan hasil pewarnaan preparat agar setara dengan penggunaan hematoksilin.

Saran penelitian lanjutan perlu memusatkan perhatian pada eksplorasi modifikasi pH larutan metilen biru 1% untuk mengidentifikasi rentang pH optimal yang dapat meningkatkan afinitas pewarna pada inti sel hingga menghasilkan kualitas pewarnaan yang setara atau bahkan melampaui hematoksilin, dilihat dari kerapatan kromatin dan kontras warna. Selanjutnya, penelitian dapat melakukan variasi konsentrasi metilen biru—seperti 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%—dengan desain eksperimental terkontrol untuk menelaah hubungan dosis-efek terhadap intensitas dan homogenitas pewarnaan nuklei, sehingga dihasilkan rekomendasi konsentrasi yang paling efektif, efisien, dan ekonomis. Kemudian, sebaiknya studi diperluas pada beragam jenis jaringan dan tipe jaringan patologis lainnya—misalnya preparat jaringan paru, ginjal, hati, kulit, dan jaringan tumor non-kanker—agar dapat menilai kemampuan generalisasi metilen biru sebagai pewarna nuklei alternatif di berbagai konteks histopatologi. Dengan demikian, hasil penelitian lanjutan akan memberi panduan praktis dan ilmiah mengenai protokol pewarnaan menggunakan metilen biru yang optimal untuk berbagai tujuan diagnostik dan penelitian, tanpa menambahkan reagen tambahan maupun mengandalkan hematoksilin konvensional.

File size418.72 KB
Pages8
DMCAReportReport

ads-block-test