ISI YogyakartaISI Yogyakarta

Resital: Jurnal Seni PertunjukanResital: Jurnal Seni Pertunjukan

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis bentuk‑bentuk krisis identitas budaya dalam lagu Manggarai kontemporer yang beredar melalui media sosial. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengaplikasikan Metode Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) Fairclough serta teori Hibriditas Budaya Bhabha, untuk menelaah hubungan antara lirik lagu, praktik sosial, dan penggunaan simbol budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krisis identitas budaya tercermin dalam wacana yang ambivalen serta penggunaan simbol tradisional dalam bentuk baru yang tidak konsisten dengan makna aslinya; simbol‑simbol yang dulunya sakral kini muncul dalam konteks ekspresi emosional, humor sosial, dan hiburan digital. Fenomena ini menandakan pergeseran makna dan fungsi, di mana masyarakat tidak lagi berada pada posisi identitas yang mapan, melainkan berada dalam ruang negosiasi antara tradisi dan modernitas. Musik daerah pada era digital telah menjadi arena penting untuk menanggapi tekanan sosial‑ekonomi serta pengaruh algoritma media. Penelitian menyimpulkan bahwa ekspresi budaya melalui lagu merefleksikan dinamika identitas yang terus berubah. Rekomendasi untuk penelitian lanjutan mencakup memperluas studi ke genre musik lain atau konteks budaya yang berbeda guna memahami transformasi identitas budaya dalam lanskap digital yang lebih luas.

Penelitian ini menunjukkan bahwa krisis identitas budaya pada lagu Manggarai kontemporer terwujud melalui inkonsistensi makna, pergeseran simbol, dan ekspresi hibrida dalam ruang digital.Dengan menggabungkan Analisis Wacana Kritis Fairclough dan teori Hibriditas Bhabha, ditemukan bahwa bahasa daerah, nilai tradisional, dan peran sosial tidak lagi sekadar diwariskan, melainkan ditafsirkan ulang melalui lirik, bentuk musik, dan sirkulasi digital.Lagu Wangkar Walek dan Langu mengilustrasikan bagaimana generasi muda Manggarai menempati ruang “di antara yang mencerminkan negosiasi antara tradisi dan modernitas, sekaligus membuka peluang ekspresi emosional yang sebelumnya dianggap tabu.

Untuk memperdalam pemahaman tentang bagaimana algoritma platform digital memediasi representasi simbol tradisional dalam musik daerah, dapat dilakukan studi komparatif yang meneliti pengaruh rekomendasi algoritma terhadap penyajian simbol budaya pada lagu‑lagu Manggarai, Jawa, dan Bugis. Selanjutnya, mengingat rekomendasi penelitian sebelumnya, penting untuk mengeksplorasi krisis identitas budaya pada genre‑genre musik regional lainnya, seperti campursari, gamelan, atau keroncong, dengan menggunakan kerangka Analisis Wacana Kritis dan Hibriditas Budaya, sehingga dapat mengidentifikasi pola‑pola hibriditas yang berbeda antar‑genre. Selain itu, pendekatan partisipatif dapat ditujukan untuk meneliti peran aktif generasi muda dalam proses ko‑kreasi lagu hibrida, khususnya bagaimana partisipasi mereka berkontribusi pada revitalisasi bahasa daerah dan pembentukan identitas kolektif, yang dapat diinvestigasi melalui penelitian tindakan partisipatif (action research) di komunitas‑komunitas musik digital. Penelitian-penelitian tersebut tidak hanya akan memperkaya teori hibriditas budaya, tetapi juga memberikan wawasan praktis bagi pembuat kebijakan dalam melestarikan warisan budaya di era digital.

  1. ”Ruteng is da City”: Representasi Lokalitas dalam Musik Rap Manggarai | Yuliantarii | Resital:... journal.isi.ac.id/index.php/resital/article/view/1511AyRuteng is da CityAy Representasi Lokalitas dalam Musik Rap Manggarai Yuliantarii Resital journal isi ac index php resital article view 1511
  1. #budaya generasi muda#budaya generasi muda
  2. #identitas budaya generasi#identitas budaya generasi
File size795.56 KB
Pages34
DMCAReportReport

ads-block-test