IPBIPB

Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management)Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management)

Daerah aliran sungai (DAS) dapat dipandang sebagai suatu sistem hidrologi yang berfungsi mentransformasi air hujan sebagai masukan menjadi keluaran seperti aliran dan sedimen. Transformasi masukan menjadi keluaran ini memiliki bentuk dan karakteristik tertentu serta melibatkan berbagai proses—termasuk proses yang terjadi pada permukaan lahan, cekungan sungai, lapisan tanah, dan akuifer. Penelitian ini bertujuan menerapkan model SWAT di DAS Ciliwung Hulu dan mengevaluasi pengaruh curah hujan rata-rata selama 3, 5, 7, dan 10 hari terhadap karakteristik hidrologi. Koefisien korelasi (r) antara curah hujan dan debit bernilai positif, menunjukkan adanya hubungan searah antara curah hujan dan debit di bagian hulu, tengah, dan hilir DAS. Rasio batas atas debit menunjukkan tren menurun dari hulu ke hilir, sedangkan rasio batas bawah debit menunjukkan tren meningkat, menandakan bahwa puncak debit menurun dan aliran dasar meningkat sepanjang aliran sungai. Kondisi tersebut menegaskan perlunya upaya konservasi tanah dan air serta tindakan sipil teknis di wilayah hulu. Model SWAT terbukti dapat dioperasikan dengan baik, dan curah hujan rata-rata 10 hari merupakan variabel yang paling berpengaruh karena semua komponen hidrologi berkontribusi maksimal pada debit sungai.

Model SWAT dapat diaplikasikan dengan baik di DAS Ciliwung Hulu.Curah hujan rata-rata 10 harian merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap karakteristik hidrologi.Pada curah hujan rata-rata 10 harian, semua komponen aliran telah berkontribusi maksimal terhadap debit sungai.

Melihat pentingnya peran penggunaan lahan, penelitian lanjutan dapat memfokuskan pada simulasi dampak perubahan tutupan lahan—misalnya deforestasi, urbanisasi, atau reforestasi pedesaan—dengan memanfaatkan model SWAT dan metode moving average untuk menilai seberapa besar transformasi tersebut mempengaruhi karakteristik aliran puncak (peak discharge) serta periode respons aliran dasar (baseflow) pada berbagai zona sub-DAS. Selanjutnya, perlu dilakukan kajian mendalam terhadap variasi periode moving average yang lebih luas dan adaptif, misalnya rentang 1–15 hari, atau periodisasi dinamis sesuai pola musim hujan dan kemarau, untuk mencari optimum rata-rata hujan harian yang paling sensitif dalam menghasilkan prediksi debit sungai secara akurat di hulu, tengah, dan hilir. Ide ketiga adalah mengeksperimen dengan berbagai skenario teknis konservasi tanah dan air—seperti terasering bertingkat, embung retensi, atau strip vegetasi penahan erosi—dengan memasukkan parameter tersebut ke dalam model SWAT guna mengevaluasi efektivitas tindakan dalam mereduksi lonjakan debit puncak dan memperkuat cadangan baseflow selama musim kering. Melalui tiga kerangka penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh rekomendasi pengelolaan DAS yang lebih komprehensif, terukur, dan berkelanjutan.

  1. #data curah hujan#data curah hujan
File size920.07 KB
Pages9
DMCAReportReport

ads-block-test