UNILAUNILA

Jurnal Sylva LestariJurnal Sylva Lestari

Karakteristik kimia, mekanik, dan keawetan alami tiga spesies kayu yang kurang digunakan dari Kalimantan Utara, yaitu nyatoh (Palaquium lanceolatum), pisang putih (Mezzettia leptopoda), dan sepetir (Sindora wallichii), telah dianalisis untuk mencari hubungan antar‑nya serta memberikan gambaran terkait pemanfaatannya. Hasil menunjukkan bahwa nilai pH ketiga spesies kayu berada pada tingkat asam sedang hingga lemah. Kandungan ekstraktif dalam air panas, air dingin, dan NaOH 1 % pada kayu sepetir lebih tinggi dibandingkan kayu nyatoh dan pisang putih. Sebaliknya, kelarutan dalam etanol‑benzena pada kayu nyatoh paling tinggi. Kandungan abu ketiga spesies kayu berada pada tingkat menengah. Kandungan lignin pada kayu sepetir dan nyatoh termasuk tingkat sedang, sedangkan pada kayu pisang putih termasuk tinggi. Kandungan holoselulosa dan hemiselulosa pada kayu sepetir lebih tinggi daripada pada nyatoh dan pisang putih, sementara alfaselulosa pada kayu sepetir paling rendah. Nilai MOE ketiga spesies kayu tergolong kelas kekuatan IV‑V, sedangkan MOR dan kekuatan kompresi sejajar serat tergolong kelas IV. Nilai kekerasan kayu nyatoh lebih tinggi dibandingkan spesies lain. Keawetan ketiga spesies kayu diklasifikasikan buruk (hubungan rendah antara karakteristik kimia dan daya tahan). Sifat mekanik kayu dipengaruhi terutama oleh komponen mayornya (selulosa, hemiselulosa, dan lignin), sedangkan keawetan alami dipengaruhi oleh komponen minornya (ekstraktif dan bahan anorganik).

Penelitian menunjukkan bahwa ketiga spesies kayu memiliki pH sedang hingga lemah, ekstraktif (air panas, air dingin, NaOH) paling tinggi pada kayu sepetir, lignin sedang pada sepetir dan nyatoh serta tinggi pada pisang putih, serta kadar abu, holoselulosa, dan hemiselulosa yang lebih tinggi pada sepetir sementara alfaselulosa terendah.Nilai MOE masing‑masing kayu berada pada kelas kekuatan IV‑V, MOR dan kekuatan tekan sejajar serat pada kelas IV, dengan kayu nyatoh menunjukkan kekerasan tertinggi di antara ketiganya.Ketiga kayu tergolong tidak awet, mengalami kehilangan berat 32,70‑47,17 % dan kerusakan 84‑100 %, dimana sifat mekanik dipengaruhi komponen kimia mayor (selulosa, hemiselulosa, lignin) dan keawetan alami dipengaruhi komponen minor (ekstraktif dan bahan anorganik).

Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi variasi usia dan asal geografis pada spesies kayu yang sama untuk menilai pengaruh faktor lingkungan terhadap komposisi kimia, sifat mekanik, dan keawetan alami; selanjutnya, perlu dilakukan percobaan perlakuan termal atau kimia pada kayu sepetir, nyatoh, dan pisang putih guna meningkatkan keawetan alami, sambil memantau perubahan pada komponen kimia minor dan dampaknya terhadap kekuatan mekanik; terakhir, uji daya tahan jangka panjang dalam kondisi lapangan yang berbeda (misalnya kelembaban tinggi, serangan rayap, dan jamur) harus dilakukan untuk mengembangkan model prediktif keawetan berdasarkan indikator kimia spesifik, sehingga dapat memberikan panduan praktis bagi pemanfaatan kayu kurang dikenal dalam industri konstruksi dan produk kayu lainnya.

  1. Analisis kadar komponen kimia pelepah sawit varietas dura sebagai bahan baku pulp yang diterapkan pada... doi.org/10.33369/pendipa.2.1.69-75Analisis kadar komponen kimia pelepah sawit varietas dura sebagai bahan baku pulp yang diterapkan pada doi 10 33369 pendipa 2 1 69 75
  2. fpj. need enable javascript fpj.kglmeridian.com/view/journals/fpro/66/7-8/article-p443.xmlfpj need enable javascript fpj kglmeridian view journals fpro 66 7 8 article p443 xml
  3. Effects of anatomical and chemical properties of wood on the quality of particleboard - ScienceDirect.... linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1359836813001571Effects of anatomical and chemical properties of wood on the quality of particleboard ScienceDirect linkinghub elsevier retrieve pii S1359836813001571
File size864.26 KB
Pages18
DMCAReportReport

ads-block-test