IAINPTKIAINPTK

Journal of Islamic LawJournal of Islamic Law

Penentuan arah kiblat merupakan kewajiban normatif dalam syariat Islam, namun dalam konteks masyarakat minoritas praktik tersebut kerap berhadapan dengan realitas sosial-budaya, pertimbangan arsitektural, dan negosiasi lintas agama yang jarang disentuh dalam kajian fikih maupun studi hukum kontemporer. Artikel ini mengkaji kasus deviasi arah kiblat Masjid Agung Makale di Tana Toraja, yang sejak 1934 hingga 2020 menyimpang sekitar 22° dari presisi astronomis, dengan tujuan menganalisis dinamika konstruksi fikih minoritas dalam masyarakat multikultural. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sosio-historis melalui observasi, analisis dokumen, dan wawancara mendalam terhadap tujuh informan kunci. Temuan menunjukkan bahwa orientasi masjid tidak semata-mata ditentukan oleh norma fikih, melainkan merupakan hasil kompromi sosial yang dilembagakan melalui musyawarah adat di tongkonan dengan melibatkan tokoh Muslim dan Kristen. Kompromi tersebut terwujud dalam empat faktor utama: upaya menjaga kerukunan antarumat beragama, pertimbangan estetika tata ruang kota yang menyelaraskan masjid dengan gereja, internalisasi kearifan lokal solata dan prinsip padaidi, serta pemahaman teologis yang fleksibel pada masa awal. Artikel ini berargumen bahwa hukum Islam dalam ruang minoritas tidak hadir sebagai sistem normatif yang rigid, melainkan sebagai konstruksi sosial yang adaptif, responsif, dan berorientasi pada maqāṣid al-sharīʿah. Dengan demikian, deviasi arah kiblat di Makale tidak dapat dipahami sebagai penyimpangan keagamaan, melainkan sebagai strategi eksistensial umat Islam untuk merawat kohesi sosial sekaligus meneguhkan identitas kolektif dalam struktur masyarakat yang didominasi kelompok non-Muslim.

Deviasi arah kiblat Masjid Agung Makale bukan hanya masalah teknis, melainkan hasil kompromi sosial melalui musyawarah adat antara pemuka Muslim dan Kristen serta pertimbangan estetika kota, kearifan lokal, dan teologis awal.Penelitian ini menunjukkan bahwa hukum Islam dalam konteks minoritas berfungsi adaptif dan responsif dengan menekankan maqāṣid al-sharīʿah untuk menjaga kohesi sosial dan eksistensi komunitas Muslim dalam masyarakat multikultural.Keterbatasan studi yang hanya berfokus pada satu kasus menegaskan perlunya penelitian komparatif lintas konteks minoritas Muslim baik di tingkat nasional maupun global.

Penelitian lanjutan dapat mengkaji praktik deviasi arah kiblat dan peran kearifan lokal dalam negosiasi sosial di komunitas Muslim minoritas lainnya di Indonesia, seperti di daerah dengan mayoritas Hindu atau Kristen. Misalnya, melalui studi komparatif lintas wilayah, peneliti dapat menelusuri pola kompromi, nilai budaya setempat, dan dinamika kekuasaan yang memengaruhi penentuan orientasi masjid dalam konteks pluralitas. Selanjutnya, studi etnografi dapat dilaksanakan untuk memahami persepsi jamaah terhadap deviasi kiblat sebagai simbol kesepakatan antarpemuka agama, termasuk dampaknya pada kohesi komunitas, identitas kolektif, dan keberterimaan praktik ritual. Selain itu, penelitian dapat mengeksplorasi keterkaitan antara kebijakan perencanaan kota dan estetika arsitektural dalam membentuk ruang suci komunitas minoritas, termasuk bagaimana tata ruang perkotaan dan desain bangunan mendukung atau menghambat strategi eksistensial mereka. Penelitian ini juga dapat mengevaluasi peran forum adat, seperti tongkonan atau majelis adat, dalam proses pengambilan keputusan fiqh lokal. Dengan demikian, kajian lanjutan tidak hanya memperkaya diskursus fiqh minoritas dan maqāsid al-sharīʿah, tetapi juga membuka wawasan lintas disipliner tentang interaksi agama, budaya, dan perancangan kota dalam masyarakat majemuk.

  1. Interreligious relation: Position of women in strengthening Christian and Muslim bonds | Pajarianto |... doi.org/10.4102/hts.v78i4.7096Interreligious relation Position of women in strengthening Christian and Muslim bonds Pajarianto doi 10 4102 hts v78i4 7096
  2. Aluk Todolo : The Journey of Puang Matua’s Wisdom from Dormancy to Revival. aluk todolo journey... doi.org/10.18848/2154-8633/CGP/v15i02/263-277Aluk Todolo The Journey of Puang MatuayAAAos Wisdom from Dormancy to Revival aluk todolo journey doi 10 18848 2154 8633 CGP v15i02 263 277
  3. Understanding Qibla Orientation through the 'Nagara' Artificial Compass: A Falak Legal Perspective... doi.org/10.18592/sjhp.v22i2.6492Understanding Qibla Orientation through the Nagara Artificial Compass A Falak Legal Perspective doi 10 18592 sjhp v22i2 6492
  4. ANALISIS KOMPUTASIONAL APLIKASI SUN COMPASS DALAM PENENTUAN ARAH KIBLAT MUSLIM | Jurnal Fiqh. analisis... doi.org/10.22452/fiqh.vol20no1.1ANALISIS KOMPUTASIONAL APLIKASI SUN COMPASS DALAM PENENTUAN ARAH KIBLAT MUSLIM Jurnal Fiqh analisis doi 10 22452 fiqh vol20no1 1
  5. Exploring The Gradual Islamization of Tana Toraja in South Sulawesi: History, Development, and Challenges... doi.org/10.14421/esensia.v24i2.4450Exploring The Gradual Islamization of Tana Toraja in South Sulawesi History Development and Challenges doi 10 14421 esensia v24i2 4450
  1. #arah kiblat aplikasi#arah kiblat aplikasi
File size1.88 MB
Pages21
DMCAReportReport

ads-block-test