APPERTANIAPPERTANI

Jurnal Ilmu Ternak dan VeterinerJurnal Ilmu Ternak dan Veteriner

Penelitian dilakukan untuk mempelajari respon kerbau dari genotipe yang berbeda terhadap perlakuan superovulasi. PMSG sejumlah 2500 IU disuntikkan intra muskular sekali suntik pada hari ke 10 siklus birahi sedangkan 12 ml Folltropin diberikan 2 x penyuntikan sehari dengan jarak antar penyuntikan 12 jam selama 4 hari dengan dosis menurun (2,5; 2,5; 2,0; 2,0; 1,0; 1,0 dan 0,5; 0,5 ml). Embrio ditampung dari setiap tanduk uterus, pada hari ke 6 dari siklus birahi dengan metodologi tidak membedah menggunakan 500 ml Dubelco Buffer Phosphat Saline (DBPS). Parameter yang diukmur adalah diameter ovari (DO), total corpora lutea (TCL), total embrio (TE) dan persentase tingkat penampungan (% RR). Hormon sangat nyata secara statistik (P<0,01) mempengaruhi tingkat ovulasi kerbau. Rataan DO sangat nyata lebih tinggi (P<0,01) pada PMSG dibandingkan dengan Folltropin (9,5 vs 4,4 cm) akan tetapi TCL, TE dan % RR sangat nyata lebih rendah (P<0,01) pada PMSG (2,0; 0,0 dan 0,0 vs 5,5; 2,6 dan 43,7). Rataan DO nyata lebih tinggi (P<0,05) pada kerbau sungai dibandingkan dengan kerbau lumpur maupun persilangan (6,0 vs 4,3 dan 3,3 cm). Tidak didapatkan perbedaan yang nyata antara kerbau lumpur dan persilangan. TCL, TE dan % RR tidak nyata secara statistik pada setiap genotipe kerbau. Rataan TCL, TE dan % RR adalah 6,2; 2,5 dan 48,0; 5,8; 2,3 dan 40,0 dan 5,7; 3,3 dan 52,8 secara berturut-turut untuk kerbau sungai, lumpur dan persilangan. Baik ovari kiri maupun kanan memberikan respon yang sama terhadap perlakuan superovulasi. Kesimpulan, respon kerbau dari genotipe yang berbeda tidak nyata terhadap perlakuan superovulasi dengan Folltropin.

Respon kerbau dengan superovulasi menggunakan PMSG lebih rendah dibandingkan Folltropin.Embrio dapat dikumpulkan dari berbagai genotipe kerbau dengan Folltropin.Kerbau hasil persilangan menghasilkan lebih banyak embrio dan persentase penampungan yang tinggi dibandingkan genotipe induknya.Respon keduanya ovari kiri dan kanan serupa.

Apakah penggunaan dosis gonadotropin berbeda akan memberikan respon superovulasi yang berbeda pada kerbau berbeda genotipe? Apa dampak variasi diet terhadap respons superovulasi dan kualitas embrio pada kerbau? Bagaimana efektivitas penerapan metode superovulasi pada populasi kerbau liar untuk peningkatan produktivitas?.

File size130.98 KB
Pages6
DMCAReportReport

ads-block-test