APTKLHIAPTKLHI
Indonesian Journal of Forestry ResearchIndonesian Journal of Forestry ResearchTerapi hutan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat kesehatan dari jasa lingkungan hutan. Terapi hutan juga diterapkan di seluruh dunia dengan menggunakan berbagai istilah dan metode intervensi. Penelitian ini menganalisis program terapi hutan yang digunakan pada penelitian lain dan menyusun program terapi hutan yang aplikatif. Program terapi hutan tersebut kemudian diuji coba di Taman Hutan Raya Ir H Djuanda di Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Penelitian ini juga menganalisis karakteristik hutan: suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan tingkat kebisingan. Program terapi hutan yang dikembangkan terdiri dari peregangan, forest walks, forest sensing, serta mengonsumsi ubi rebus dan teh hangat. Suhu lokasi berkisar antara 22 hingga 25,6°C, dengan kelembapan 61% hingga 87%. Intensitas cahaya berkisar antara 291 lux hingga 970 lux dan tingkat kebisingan berkisar antara 49 dB hingga 52,5 dB. Program terapi hutan yang dilakukan dengan melibatkan 30 responden ini menemukan bahwa program tersebut berpengaruh signifikan terhadap penurunan denyut nadi dan emosi (mood) negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa program yang diterapkan mempunyai efek relaksasi. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah setelah kegiatan terapi hutan, hal ini merupakan kontradiksi luaran yang diharapkan. Mempertimbangkan hal tersebut, penelitian lanjutan dibutuhkan mengenai mekanisme detail respon manusia terhadap karakteristik hutan dan keberagaman karakteristik responden dalam pelaksanaan program terapi hutan. Selain itu, penelitian lanjutan mengenai valuasi ekonomi penerapan terapi hutan di Indonesia juga penting dilakukan.
Terapi hutan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat kesehatan dari jasa lingkungan hutan.Terapi hutan juga diterapkan di seluruh dunia dengan menggunakan berbagai istilah dan metode intervensi.Penelitian ini menganalisis program terapi hutan yang digunakan pada penelitian lain dan menyusun program terapi hutan yang aplikatif.Program terapi hutan tersebut kemudian diuji coba di Taman Hutan Raya Ir H Djuanda di Bandung, Jawa Barat, Indonesia.suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan tingkat kebisingan.Program terapi hutan yang dikembangkan terdiri dari peregangan, forest walks, forest sensing, serta mengonsumsi ubi rebus dan teh hangat.Suhu lokasi berkisar antara 22 hingga 25,6°C, dengan kelembapan 61% hingga 87%.Intensitas cahaya berkisar antara 291 lux hingga 970 lux dan tingkat kebisingan berkisar antara 49 dB hingga 52,5 dB.Program terapi hutan yang dilakukan dengan melibatkan 30 responden ini menemukan bahwa program tersebut berpengaruh signifikan terhadap penurunan denyut nadi dan emosi (mood) negatif.Hal ini mengindikasikan bahwa program yang diterapkan mempunyai efek relaksasi.Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah setelah kegiatan terapi hutan, hal ini merupakan kontradiksi luaran yang diharapkan.Mempertimbangkan hal tersebut, penelitian lanjutan dibutuhkan mengenai mekanisme detail respon manusia terhadap karakteristik hutan dan keberagaman karakteristik responden dalam pelaksanaan program terapi hutan.Selain itu, penelitian lanjutan mengenai valuasi ekonomi penerapan terapi hutan di Indonesia juga penting dilakukan.Taman Hutan Raya Ir Djuanda memiliki karakteristik mikroklimat yang sesuai untuk terapi hutan, dengan suhu 22–25,6°C, kelembapan 61–87%, intensitas cahaya 291–970 lux, dan tingkat kebisingan 47–52 dB, yang secara signifikan mampu menurunkan denyut nadi dan emosi negatif peserta.Penelitian lanjutan dapat menguji apakah modifikasi durasi atau intensitas aktivitas fisik dalam terapi hutan—seperti memperpendek peregangan atau mengganti jalan cepat menjadi jalan perlahan—dapat mencegah penurunan saturasi oksigen tanpa mengurangi manfaat psikologisnya.Selain itu, perlu diteliti bagaimana perbedaan usia, kondisi kesehatan dasar, atau latar belakang budaya peserta memengaruhi respons fisiologis dan emosional terhadap terapi hutan di hutan tropis, agar programnya lebih inklusif.Terakhir, studi eksperimen dapat dirancang untuk mengukur nilai ekonomi terapi hutan dengan membandingkan biaya pelaksanaan program terhadap pengurangan kunjungan medis atau peningkatan produktivitas peserta, sehingga bisa menjadi dasar kebijakan pemerintah untuk mengintegrasikan terapi hutan sebagai layanan kesehatan publik berbiaya rendah di kawasan konservasi.Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih beragam dan studi valuasi ekonomi terapi hutan sebagai peluang bisnis konservasi di Indonesia.FOREST ECOSYSTEM SERVICE UTILIZATION TO INCREASE HUMAN HEALTH.FOREST THERAPY TRIALS IN TAMAN HUTAN RAYA IR DJUANDA.Terapi hutan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat kesehatan dari jasa lingkungan hutan.Terapi hutan juga diterapkan di seluruh dunia dengan menggunakan berbagai istilah dan metode intervensi.Penelitian ini menganalisis program terapi hutan yang digunakan pada penelitian lain dan menyusun program terapi hutan yang aplikatif.Program terapi hutan tersebut kemudian diuji coba di Taman Hutan Raya Ir H Djuanda di Bandung, Jawa Barat, Indonesia.suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan tingkat kebisingan.Program terapi hutan yang dikembangkan terdiri dari peregangan, forest walks, forest sensing, serta mengonsumsi ubi rebus dan teh hangat.Suhu lokasi berkisar antara 22 hingga 25,6°C, dengan kelembapan 61% hingga 87%.Intensitas cahaya berkisar antara 291 lux hingga 970 lux dan tingkat kebisingan berkisar antara 49 dB hingga 52,5 dB.Program terapi hutan yang dilakukan dengan melibatkan 30 responden ini menemukan bahwa program tersebut berpengaruh signifikan terhadap penurunan denyut nadi dan emosi (mood) negatif.Hal ini mengindikasikan bahwa program yang diterapkan mempunyai efek relaksasi.Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah setelah kegiatan terapi hutan, hal ini merupakan kontradiksi luaran yang diharapkan.Mempertimbangkan hal tersebut, penelitian lanjutan dibutuhkan mengenai mekanisme detail respon manusia terhadap karakteristik hutan dan keberagaman karakteristik responden dalam pelaksanaan program terapi hutan.Selain itu, penelitian lanjutan mengenai valuasi ekonomi penerapan terapi hutan di Indonesia juga penting dilakukan.
Penelitian lanjutan dapat menguji apakah modifikasi durasi atau intensitas aktivitas fisik dalam terapi hutan—seperti memperpendek peregangan atau mengganti jalan cepat menjadi jalan perlahan—dapat mencegah penurunan saturasi oksigen tanpa mengurangi manfaat psikologisnya. Selain itu, perlu diteliti bagaimana perbedaan usia, kondisi kesehatan dasar, atau latar belakang budaya peserta memengaruhi respons fisiologis dan emosional terhadap terapi hutan di hutan tropis, agar programnya lebih inklusif. Terakhir, studi eksperimen dapat dirancang untuk mengukur nilai ekonomi terapi hutan dengan membandingkan biaya pelaksanaan program terhadap pengurangan kunjungan medis atau peningkatan produktivitas peserta, sehingga bisa menjadi dasar kebijakan pemerintah untuk mengintegrasikan terapi hutan sebagai layanan kesehatan publik berbiaya rendah di kawasan konservasi.
- APA PsycNet. psycnet loading doi.org/10.1093/clipsy.bph077APA PsycNet psycnet loading doi 10 1093 clipsy bph077
- The effect of winter forest bathing on psychological relaxation of young Polish adults - ScienceDirect.... doi.org/10.1016/j.ufug.2017.12.006The effect of winter forest bathing on psychological relaxation of young Polish adults ScienceDirect doi 10 1016 j ufug 2017 12 006
- The Salutary Influence of Forest Bathing on Elderly Patients with Chronic Heart Failure. salutary influence... doi.org///10.3390/ijerph14040368The Salutary Influence of Forest Bathing on Elderly Patients with Chronic Heart Failure salutary influence doi 10 3390 ijerph14040368
- Radware Bot Manager Captcha. radware manager captcha apologize ensure keep safe please confirm human... doi.org/10.1088/1755-1315/959/1/012027Radware Bot Manager Captcha radware manager captcha apologize ensure keep safe please confirm human doi 10 1088 1755 1315 959 1 012027
- DOI Name 10.30595 Values. name values index type timestamp data serv crossref email support desc prefix... doi.org///10.30595DOI Name 10 30595 Values name values index type timestamp data serv crossref email support desc prefix doi 10 30595
| File size | 1.32 MB |
| Pages | 16 |
| Short Link | https://juris.id/p-37 |
| Lookup Links | Google ScholarGoogle Scholar, Semantic ScholarSemantic Scholar, CORE.ac.ukCORE.ac.uk, WorldcatWorldcat, ZenodoZenodo, Research GateResearch Gate, Academia.eduAcademia.edu |
| DMCA | Report |
Related /
APTKLHIAPTKLHI Analisis menjukkan pola. Konservasi hutan di Provinsi Aceh sangat penting untuk melestarikan keanekaragaman hayati, mengurangi perubahan iklim, dan mendukungAnalisis menjukkan pola. Konservasi hutan di Provinsi Aceh sangat penting untuk melestarikan keanekaragaman hayati, mengurangi perubahan iklim, dan mendukung
APTKLHIAPTKLHI Menurut analisis struktur SEM, jumlah rongga tampak berkurang seiring dengan meningkatnya fraksi volume PF, dan antarmuka antara CP-PFs-epoksi tampak lebihMenurut analisis struktur SEM, jumlah rongga tampak berkurang seiring dengan meningkatnya fraksi volume PF, dan antarmuka antara CP-PFs-epoksi tampak lebih
APTKLHIAPTKLHI RESPON MORFOLOGIS BIBIT Parkia speciosa TERHADAP BERBAGAI AMELIORAN, MUKA AIR TANAH DANGKAL, DAN PENGARUHNYA TERHADAP IKLIM MIKRO SETEMPAT. Budidaya tanamanRESPON MORFOLOGIS BIBIT Parkia speciosa TERHADAP BERBAGAI AMELIORAN, MUKA AIR TANAH DANGKAL, DAN PENGARUHNYA TERHADAP IKLIM MIKRO SETEMPAT. Budidaya tanaman
APTKLHIAPTKLHI Namun setiap tahunnya, kebakaran hutan selalu terjadi dan menimbulkan kerusakan hutan, berdampak pada kondisi lingkungan seperti kesehatan vegetasi danNamun setiap tahunnya, kebakaran hutan selalu terjadi dan menimbulkan kerusakan hutan, berdampak pada kondisi lingkungan seperti kesehatan vegetasi dan
APTKLHIAPTKLHI Model pembelajaran berbasis masalah secara signifikan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMA pada mata pelajaran biologi. Peningkatan kemampuanModel pembelajaran berbasis masalah secara signifikan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMA pada mata pelajaran biologi. Peningkatan kemampuan
UNILAUNILA Pengawetan kayu sengon menggunakan cuka kayu tembesu dan rengas pada konsentrasi 70% berhasil meningkatkan kelas keawetan dari IV menjadi I terhadap seranganPengawetan kayu sengon menggunakan cuka kayu tembesu dan rengas pada konsentrasi 70% berhasil meningkatkan kelas keawetan dari IV menjadi I terhadap serangan
UNILAUNILA Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMA. MetodePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMA. Metode
UNILAUNILA Tiga jenis asap cair diperoleh dari pirolisis kayu medang pada suhu 370 °C, 400 °C, dan 430 °C. Desain percobaan faktorial 3 × 4 dengan rancanganTiga jenis asap cair diperoleh dari pirolisis kayu medang pada suhu 370 °C, 400 °C, dan 430 °C. Desain percobaan faktorial 3 × 4 dengan rancangan
Useful /
UGMUGM Pengungkapan aspek lingkungan tidak secara signifikan memengaruhi kinerja perusahaan profil tinggi, sementara pengungkapan aspek sosial dan tata kelolaPengungkapan aspek lingkungan tidak secara signifikan memengaruhi kinerja perusahaan profil tinggi, sementara pengungkapan aspek sosial dan tata kelola
UGMUGM Hal ini dapat disebabkan oleh pengawasan yang lebih ketat, dukungan kebijakan, pengalaman dalam penyaluran kredit bertujuan pembangunan, fokus bisnis yangHal ini dapat disebabkan oleh pengawasan yang lebih ketat, dukungan kebijakan, pengalaman dalam penyaluran kredit bertujuan pembangunan, fokus bisnis yang
APTKLHIAPTKLHI Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan asam borat dan minyak nabati menghasilkan ketahanan api yang lebih baik daripada perlakuan asamHasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan asam borat dan minyak nabati menghasilkan ketahanan api yang lebih baik daripada perlakuan asam
UNILAUNILA Meskipun banyak studi telah mengkaji pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Indonesia, penelitian yang berfokus pada kebijakan kemitraan spesifikMeskipun banyak studi telah mengkaji pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Indonesia, penelitian yang berfokus pada kebijakan kemitraan spesifik