KKPKKP

Untuk mengatasi masalah penyakit vibriosis di balairung kepiting, penelitian ini menggunakan tiga probiotik berbeda yang diuji pada postlarva kepiting jenis Putih Bulu (Penaeus monodon). Keempat perlakuan terdiri dari: A) kombinasi tiga probiotik cair (Brevibacillus laterosporus BT951, Bacillus subtilis BM12, B. licheniformis BM58); B) kombinasi tiga probiotik bubuk (Brevibacillus laterosporus BT951, Bacillus subtilis BM12, B. licheniformis BM58); C) probiotik bubuk komersial yang mengandung Bacillus subtilis; D) kontrol tanpa probiotik, setiap perlakuan memiliki tiga kali kekali. Penelitian menerapkan rancangan percobaan acak lengkap dengan dua belas tangki fiberglass berisi 750 L air laut steril, berisi 30.000 niauli. Variabel yang diamati mencakup tingkat kelangsungan hidup postlarva pada akhir percobaan, total vibrio (TBV) dan total plate count bakteri umum (TPC) pada air. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara perlakuan A, B, dan D dalam tingkat kelangsungan hidup (61,5 ± 4,7 % vs 48,6 ± 6,8 % vs 51,2 ± 4,4 %). Namun, tingkat kelangsungan hidup pada tiga perlakuan tersebut lebih tinggi (P < 0,05) dibandingkan dengan probiotik komersial (21,7 ± 9,9 %). Rasio TBV/TPC pada air tangki dengan probiotik komersial mencapai 2,26‑37,52 %, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan probiotik cair (0,86‑1,98 %) dan bubuk (1,25‑8,37 %) serta kontrol (1,93‑2,84 %). Ammonia‑nitrogen pada perlakuan C juga relatif lebih tinggi (1,462‑2,989 mg L‑1) dibandingkan dengan perlakuan A, B, dan D. Berdasarkan temuan tersebut, penggunaan probiotik RICA (cair atau bubuk) dapat memperbaiki kualitas air dan menurunkan jumlah vibrio, tetapi tingkat kelangsungan hidup tidak meningkat dibandingkan dengan tanpa probiotik. Penggunaan probiotik secara lebih sering (lebih dari sepuluh kali) dan penggantian jenis probiotik secara bergantian per tahap larva diharapkan dapat mengoptimalkan hasil.

Penerapan probiotik RICA dalam bentuk cair atau bubuk tidak meningkatkan tingkat kelangsungan hidup postlarva dibandingkan dengan kontrol, sedangkan dibandingkan dengan probiotik komersial, RICA menghasilkan tingkat kelangsungan hidup lebih baik.Tingkat kelangsungan hidup menurun jika konsentrasi ammonia‑nitrogen tinggi setelah tahap PL‑1 dan TBV/TPC meningkat di atas 10 %.rekomendasi penggunaan tiga jenis probiotik secara bergantian dari zoea‑1 hingga PL‑12 sebanyak sepuluh kali lebih tinggi dianjurkan.

Dalam penelitian berikutnya, perlu diteliti efek penggunaan probiotik RICA secara berulang (lebih dari 10 kali) pada setiap tahap larva untuk menurunkan kadar ammonia‑nitrogen, nitrite‑nitrogen, dan TBV/TPC serta meningkatkan kelangsungan hidup, sehingga dapat menentukan pola pemberian paling efektif. Uji kombinasi probiotik dengan agen biokontrol lain, seperti bioflumina dan asam organik, dapat memperluas mekanisme pertahanan imun postlarva, sehingga mempromosikan pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit. Selain itu, eksperimen skala komersial pada tangki fiberglass jangka panjang dengan variasi dosis dan frekuensi probiotik akan menilai dampak ekonomi dan keberlanjutan, serta mengadaptasi strategi pemberian probiotik yang optimal untuk produksi tiktok shrimp di Indonesia.

File size53.48 KB
Pages7
DMCAReportReport

ads-block-test