UNPARUNPAR

Jurnal Ilmiah Hubungan InternasionalJurnal Ilmiah Hubungan Internasional

Negara-negara Asia Tenggara yang terletak di jantung Indo-Pasifik semakin terpapar pada persaingan kekuatan besar antara China dan Amerika Serikat (AS). Menurut teori Balance of Threat (BoT), negara-negara cenderung untuk beraliansi lebih erat dengan kekuatan yang dianggap kurang mengancam sebagai respons terhadap meningkatnya ancaman yang ditandai oleh kekuatan agregat musuh, kedekatan geografis, kemampuan ofensif, dan niat agresif. Berdasarkan indikator-indikator tersebut, BoT memprediksi adanya alih daya yang lebih kuat antara negara-negara Asia Tenggara dengan AS untuk menyeimbangkan ancaman yang dianggap datang dari China. Namun, perilaku alih daya di kawasan ini bervariasi, menunjukkan perlunya pemeriksaan empiris yang lebih mendalam. Penelitian ini meninjau kembali teori BoT dalam konteks Asia Tenggara melalui analisis komparatif empiris yang terstruktur dari sepuluh negara antara tahun 2000 dan 2021. Temuan menunjukkan bahwa meskipun prediksi inti BoT berlaku dalam beberapa kasus, hasil alih daya yang bervariasi menunjukkan bahwa teori ini hanya mendapat dukungan parsial dalam menjelaskan respons negara-negara Asia Tenggara terhadap kebangkitan China.

Stephen Walt berargumen bahwa tidak ada satu sumber ancaman yang dapat dianggap paling penting - keempat faktor itu kemungkinan berkontribusi pada perilaku alih daya.Analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa, selain kedekatan geografis, ketiga variabel ancaman lainnya umumnya mencerminkan perilaku alih daya.Namun, prediksi BoT hanya didukung secara parsial.Secara agregat, sebagian besar negara Asia Tenggara menunjukkan alih daya terbatas dengan AS, bukan alih daya ketat seperti yang disebutkan dalam teori.Hanya Thailand dan Filipina yang memenuhi kriteria untuk alih daya ketat, yang ditandai dengan perjanjian formal atau kerjasama keamanan yang mendalam.

Ke depan, penting untuk mengkaji lebih dalam bagaimana faktor-faktor domestik, seperti politik dalam negeri dan opini publik, mempengaruhi alih daya negara-negara Asia Tenggara terhadap AS dan China. Apakah pendekatan yang lebih inklusif dalam kerjasama keamanan, termasuk di dalamnya negara-negara non-negara besar, dapat berkontribusi pada stabilitas regional juga layak untuk diteliti. Selain itu, mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari kerjasama militer dengan China dan bagaimana hal tersebut dapat meningkatkan atau mengurangi ketegangan regional perlu menjadi fokus penting dalam penelitian mendatang.

  1. Validate User. validate user sorry experiencing unusual traffic time please help confirm robot take content... academic.oup.com/isq/article-lookup/doi/10.2307/2600341Validate User validate user sorry experiencing unusual traffic time please help confirm robot take content academic oup isq article lookup doi 10 2307 2600341
  2. Strategic hedging in Indonesia’s defense diplomacy: Defense & Security Analysis: Vol 32,... tandfonline.com/doi/full/10.1080/14751798.2016.1233695Strategic hedging in IndonesiayAAAos defense diplomacy Defense Security Analysis Vol 32 tandfonline doi full 10 1080 14751798 2016 1233695
Read online
File size705.35 KB
Pages32
Short Linkhttps://juris.id/p-1wW
Lookup LinksGoogle ScholarGoogle Scholar, Semantic ScholarSemantic Scholar, CORE.ac.ukCORE.ac.uk, WorldcatWorldcat, ZenodoZenodo, Research GateResearch Gate, Academia.eduAcademia.edu
DMCAReport

Related /

ads-block-test