UNIVMEDUNIVMED

Universa MedicinaUniversa Medicina

LATAR BELAKANG Stres kronik meningkatkan glukokortikoid dan mempercepat penurunan fungsi dan jumlah sel Leydig. Model stres kronik di dunia kerja meliputi pengurangan waktu tidur, pola sedentarian dan stres fisik. Tujuan penelitian adalah untuk menilai pengaruh berbagai model stress kerja, yaitu paradoxical sleep deprivation (PSD), imobilisasi, dan footshock kronik terhadap jumlah sel Leydig dan kadar testosteron pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan. METODE Sebuah penelitian eksperimental post test only dengan menggunakan kontrol digunakan pada 24 ekor tikus putih jantan galur Wistar. Tikus ini dibagi menjadi 4 kelompok: KI (kontrol), KII (PSD), KIII (imobilisasi), dan KIV (footshock) dan diberikan perlakuan selama 25 hari. Parameter yang diperiksa adalah kadar testosteron serum dan jumlah sel Leydig. Analisis statistik menggunakan analysis of variance (ANOVA) dengan Post Hoc-LSD. HASIL Rata-rata kadar testosteron besarnya 0,07 ± 0,08 ng/mL dan rata-rata jumlah sel Leydig 4,22 ± 0,96 dengan jumlah terendah pada stres jenis PSD. Ada perbedaan rata-rata kadar testosteron serum yang bermakna antara kontrol dan PSD (p=0,014) dan stres footshock dengan PSD (p=0,011) dan ada perbedaan jumlah sel Leydig yang bermakna pada kelompok perlakuan dibanding kontrol (p=0,006). KESIMPULAN Model stres PSD menurunkan kadar testosteron dan jumlah sel Leydig pada tikus putih jantan. Mekanisme kerja PSD terhadap kadar serum testoesteron masih belum jelas.

Model stres PSD menurunkan kadar testosteron dan jumlah sel Leydig pada tikus putih jantan.Mekanisme kerja PSD terhadap kadar serum testoesteron masih belum jelas.

Penelitian selanjutnya sangat penting untuk menggali lebih dalam mekanisme pasti bagaimana kurang tidur dapat merusak sel Leydig di tingkat paling dasar. Fokusnya bisa dengan menyelidiki bagaimana hormon stres seperti glukokortikoid dan peningkatan radikal bebas (stres oksidatif) bekerja sama untuk menghambat produksi testosteron dan memicu kematian sel Leydig. Selain mengetahui penyebabnya, kita juga perlu mencari tahu apakah kerusakan yang terjadi ini bersifat permanen atau dapat pulih kembali. Sebuah penelitian bisa mengamati apakah kadar testosteron dan jumlah sel Leydig akan kembali normal setelah hewan percobaan diizinkan tidur cukup dalam jangka waktu tertentu setelah periode stres berakhir. Studi yang berbeda juga bisa membandingkan dampak stres psikologis seperti kurang tidur dengan stres lain yang juga umum terjadi, seperti stres sosial akibat isolasi atau kekurangan gizi. Membandingkan berbagai model stres ini akan memberikan pemahaman yang jauh lebih lengkap tentang faktor mana yang paling berbahaya bagi kesehatan reproduksi pria. Hasil dari penelitian-penelitian ini nantinya tidak hanya menjawab pertanyaan ilmiah, tetapi juga bermanfaat untuk menemukan strategi pemulihan yang tepat bagi pekerja yang mengalami stres kronis.

  1. #stres psikologis#stres psikologis
Read online
File size128.98 KB
Pages9
DMCAReport

Related /

ads-block-test