UPIUPI

Indonesian Journal of Science and TechnologyIndonesian Journal of Science and Technology

Percobaan ini dilakukan di perkebunan kurma untuk menilai efektivitas perangkap feromon yang baru dirancang (yaitu perangkap corong) dalam menangkap dewasa red palm weevil (RPW) dan membandingkannya dengan perangkap tradisional. Jumlah RPW yang tertangkap bervariasi tiap bulan, dengan total 3931 ekor dewasa tertangkap selama percobaan. Analisis varians menunjukkan perbedaan signifikan pada jumlah penangkapan antara tiga jenis perangkap. Perangkap corong menangkap total 1627 ekor dewasa RPW, sedangkan perangkap ember terbenam dan ember berburlap masing‑masing menangkap 1079 dan 1225 ekor. Rata‑rata (± SE) jumlah penangkapan per perangkap per minggu adalah 2,62 ± 0,11 pada perangkap corong, yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan perangkap ember terbenam (1,73 ± 0,06) dan perangkap ember berburlap (1,97 ± 0,07). Kedua jenis kelamin tertarik pada perangkap; namun jumlah wanita yang tertangkap secara signifikan lebih tinggi daripada jantan dengan rasio jenis kelamin (wanita/jantan) 1,58 ± 0,03. Berdasarkan temuan, perangkap corong berumpan feromon‑makanan merupakan solusi yang menjanjikan untuk mengurangi populasi RPW dan melindungi pohon kurma dari infestasi.

Penjebakan massal dengan perangkap feromon‑makanan terbukti sangat menjanjikan untuk memantau dan mengurangi populasi R.Penelitian ini memperkenalkan desain perangkap corong buatan tangan yang menunjukkan efikasi tinggi dalam menangkap dewasa RPW, namun diperlukan optimasi penggunaan di lapangan, termasuk penentuan posisi, pola distribusi, dan durasi penjebakan.Tantangan seperti kemampuan dispersal tinggi, fertilitas tinggi, kepadatan inang yang tinggi, serta kesulitan deteksi pohon kurma yang terinfestasi harus ditangani dalam penelitian selanjutnya.

Penelitian selanjutnya dapat mempelajari bagaimana penataan spasial dan kepadatan perangkap corong mempengaruhi tingkat penangkapan RPW pada kebun kurma dengan konfigurasi berbeda, sehingga dapat ditentukan jarak optimal antar perangkap. Selain itu, efektivitas jangka panjang penggunaan perangkap feromon‑makanan corong perlu dievaluasi selama beberapa musim dan dalam kondisi iklim beragam, untuk menilai dampaknya pada dinamika populasi RPW serta kemungkinan pengaruh terhadap organisme non‑target. Selanjutnya, integrasi data penangkapan perangkap dengan teknologi pemantauan jarak jauh atau analisis citra berbasis kecerdasan buatan dapat dikembangkan untuk mendeteksi secara dini pohon kurma yang terinfestasi sebelum kerusakan terlihat. Penelitian ini juga dapat menguji kombinasi umpan tambahan, seperti varietas kurma fermentasi, untuk meningkatkan daya tarik perangkap terhadap betina, yang berperan penting dalam reproduksi. Akhirnya, studi laboratorium mengenai perilaku berangkatnya RPW pada suhu dan kelembaban tertentu dapat memberikan panduan optimal bagi penjadwalan penempatan dan pemeliharaan perangkap di lapangan.

  1. Vol 2, No 2 (2017). ijost https v2i2 issue consists articles authors affiliated institutions countries... doi.org/10.17509/ijost.v2i2Vol 2 No 2 2017 ijost https v2i2 issue consists articles authors affiliated institutions countries doi 10 17509 ijost v2i2
File size1.28 MB
Pages14
DMCAReportReport

ads-block-test