UIGMUIGM

Jurnal Abdimas MandiriJurnal Abdimas Mandiri

Filariasis limfatik merupakan penyakit tropis terabaikan yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan melalui nyamuk vektor, seperti Culex dan Mansonia. Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, merupakan salah satu wilayah endemis dengan beban kasus tinggi di Indonesia. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan meningkatkan literasi masyarakat mengenai pencegahan filariasis serta mengidentifikasi wilayah berisiko melalui pendekatan edukatif, observatif, dan riset lingkungan. Pelaksanaan kegiatan melibatkan tim Fakultas Kedokteran Universitas Indo Global Mandiri (UIGM) bersama Dinas Kesehatan Banyuasin. Metode meliputi edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), survei lingkungan, pengambilan sampel air dan vegetasi, serta identifikasi larva vektor di laboratorium. Pemetaan spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dilakukan untuk menentukan area berisiko tinggi. Siaran edukatif melalui Radio Global UIGM turut memperluas jangkauan informasi. Hasil menunjukkan bahwa pendekatan transdisipliner berbasis komunitas efektif dalam mitigasi filariasis. Program ini mendukung pencapaian SDG 3 (kehidupan sehat dan sejahtera), SDG 4 (pendidikan berkualitas), SDG 6 (air bersih dan sanitasi layak), dan SDG 17 (kemitraan untuk mencapai tujuan), serta memperkuat kontribusi perguruan tinggi dalam pengendalian penyakit berbasis lingkungan.

Kegiatan pengabdian masyarakat oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indo Global Mandiri di Kabupaten Banyuasin berhasil meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat melalui pendekatan transdisipliner dan kolaborasi lintas sektor, yang mencakup edukasi kesehatan, analisis vektor, serta pemetaan spasial berbasis SIG untuk identifikasi wilayah berisiko tinggi.Penyebarluasan informasi melalui media siniar terbukti efektif secara signifikan, dengan tercatat peningkatan tingkat literasi kesehatan masyarakat sebesar 35% hingga 100%.Integrasi antara metode ilmiah dan media edukatif ini terbukti mampu meningkatkan keterlibatan aktif masyarakat serta kesadaran dalam upaya pencegahan filariasis secara berkelanjutan.

Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan temuan ini dengan menjawab beberapa pertanyaan penting. Pertama, mengingat tanaman air seperti eceng gondok dan kiambang terbukti jadi rumah utama larva nyamuk, sebuah studi bisa fokus pada bagaimana cara mengendalikan tanaman ini secara efektif dan ramah lingkungan. Penelitian ini dapat menguji berbagai metode, misalnya dengan menggunakan predator alami atau biopestisida spesifik, untuk melihat seberapa besar pengaruhnya terhadap penurunan populasi nyamuk di area endemis. Kedua, hasil peta risiko dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang sudah dibuat memberikan peluang untuk penelitian lanjutan. Sebuah studi dapat membandingkan tingkat keberhasilan program pencegahan di lokasi yang intervensinya ditargetkan berdasarkan peta risiko SIG dengan lokasi yang mendapatkan program umum. Hal ini akan membuktikan apakah pendekatan berbasis data benar-benar lebih efisien dalam menurunkan jumlah kasus filariasis. Ketiga, peran media siniar yang terbukti meningkatkan pengetahuan perlu diteliti lebih dalam untuk dampak jangka panjangnya. Apakah paparan rutin terhadap konten edukatif semacam ini benar-benar mampu mengubah perilaku masyarakat secara permanen, seperti kebiasaan menjaga kebersihan dan ketersediaan untuk mengonsumsi obat pencegahan massal, ataukah pengaruhnya akan memudar seiring waktu?.

  1. The susceptibility of Aedes aegypti populations displaying temephos resistance to Bacillus thuringiensis... doi.org/10.1186/1756-3305-6-297The susceptibility of Aedes aegypti populations displaying temephos resistance to Bacillus thuringiensis doi 10 1186 1756 3305 6 297
  1. #peran aktif masyarakat#peran aktif masyarakat
  2. #literasi masyarakat#literasi masyarakat
File size531.13 KB
Pages8
DMCAReportReport

ads-block-test