UNUDUNUD

Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies)Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies)

Pandemi Covid-19 telah menghancurkan perekonomian Bali yang mengandalkan sektor pariwisata. Dampaknya bahkan dirasakan juga pada sektor informal termasuk para pemulung terutama pemulung perempuan yang menggantungkan hidup dalam tumpukan sampah. Posisi double burden yang telah mereka lakoni selama ini semakin diperparah oleh hadirnya pandemi Covid-19. Tulisan ini menganalisis kondisi perempuan pemulung di TPST Monang Maning, Denpasar, dalam perannya di ranah domestik dan publik serta mengungkap implikasinya selama masa pandemi. Penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan kepustakaan. Tulisan ini menggunakan pendekatan fungsi perempuan dalam ranah domestik dan publik dan pendekatan studi subaltern untuk melihat implikasi dari fenomena beban ganda perempuan pemulung selama masa pandemi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fenomena double burden yang dialami pemulung perempuan semakin memberatkan selama pandemi. Keterbatasan ruang gerak di ranah publik dan tambahan beban dalam ranah domestik berimplikasi terhadap posisi mereka sebagai kelompok subaltern, terkuasai. Budaya patriarki yang mengantarkan mereka pada posisi subaltern semakin menguat selama pandemi.

Fenomena beban ganda pada perempuan pemulung semakin berat selama pandemi, dengan berkurangnya aktivitas di ranah publik dan meningkatnya beban domestik sehingga memperparah beban kerja mereka.Meskipun menghadapi risiko kesehatan, mereka tetap memulung sambil mengelola pendidikan daring anak, yang menambah tekanan kesehatan, ekonomi, dan pendidikan.Kondisi ini menempatkan mereka pada posisi subaltern yang dipertegas oleh ideologi patriarki dan stigma, membatasi mobilitas serta suara mereka dalam masyarakat.

Penelitian selanjutnya dapat mengkaji bagaimana perubahan kondisi perempuan pemulung setelah fase akhir pandemi, dengan melakukan studi longitudinal untuk menelusuri evolusi beban ganda, kesehatan, dan kesejahteraan ekonomi mereka selama setidaknya dua tahun ke depan. Selain itu, perlu dilakukan perbandingan sistematis antara pengalaman pemulung perempuan dan pemulung laki‑laki dalam menghadapi beban ganda, guna mengidentifikasi faktor‑faktor gender yang memperkuat atau meredakan tekanan di ranah publik dan domestik. Selanjutnya, penelitian aksi dapat merancang dan menguji program intervensi kebijakan yang bertujuan mengurangi stigma sosial serta meningkatkan akses pendidikan keuangan bagi keluarga pemulung, sehingga dapat menilai efektivitas kebijakan dalam memperbaiki posisi subaltern mereka. Ketiga, studi etnografi partisipatif dapat mengeksplorasi peran teknologi digital dalam memfasilitasi pendidikan online anak‑anak pemulung, menilai apakah penggunaan platform digital dapat meringankan beban domestik tanpa mengorbankan kesehatan atau pendapatan. Akhirnya, analisis komparatif antara wilayah urban dan rural dapat mengungkap variasi dampak pandemi terhadap pemulung perempuan, memberikan wawasan bagi perencanaan program bantuan yang lebih kontekstual dan berkeadilan.

File size555.91 KB
Pages21
DMCAReportReport

ads-block-test