UPERTISUPERTIS

Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis's Helath Journal)Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis's Helath Journal)

Berdasarkan NINDS (2015), stroke terjadi ketika suplai darah ke otak tiba–tiba terhenti akibat penyumbatan atau ruptur pembuluh darah. Hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukkan prevalensi gejala stroke di Indonesia meningkat dari 8,3 per 1.000 pada 2007 menjadi 12,1 per 1.000 pada 2013. Salah satu masalah yang muncul akibat stroke adalah gangguan menelan atau disfagia. Menurut World Stroke Academy Learning Modules (2012), prevalensi disfagia pada penderita stroke berkisar antara 36–67%. Di RSSN, prevalensi disfagia pada pasien stroke tercatat 22,94% pada tahun 2016. Untuk deteksi dini disfagia, diperlukan screening test menelan sebagai langkah awal identifikasi risiko disfagia dan aspirasi pada pasien stroke. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pelaksanaan screening test menelan dengan kejadian disfagia pada pasien stroke akut yang baru masuk di ruang rawat inap Neurologi RSSN Bukittinggi tahun 2017. Metode penelitian ini bersifat deskriptif analitik, dan data dianalisis menggunakan uji Chi–Square dengan sampel 54 responden. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,002 (p < α), sehingga terdapat hubungan antara pelaksanaan screening test menelan dengan disfagia pada pasien stroke akut yang baru masuk. Analisis lebih lanjut menghasilkan OR = 9,281, yang berarti responden yang melakukan prosedur screening test menelan sesuai, berpeluang 9,281 kali lebih besar dalam mendeteksi kejadian disfagia. Penelitian ini menyarankan agar prosedur screening test menelan dimasukkan dalam SOP perawatan keperawatan di ruang Neurologi RSSN Bukittinggi untuk deteksi dini onset disfagia pada pasien stroke akut.

Sebagian besar responden (75,9%) melaksanakan screening test menelan sesuai prosedur, dan sebagian besar (68,5%) mengalami disfagia.Terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan screening test menelan dengan kejadian disfagia pada pasien stroke akut yang baru masuk di ruang rawat inap Neurologi RSSN Bukittinggi tahun 2017.Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penyusunan SOP pengkajian keperawatan, khususnya pemeriksaan fisik neurologi bagi perawat di ruang Neurologi RSSN Bukittinggi.

Berdasarkan temuan bahwa pelaksanaan screening test menelan sesuai prosedur berpeluang lebih besar mendeteksi disfagia pada pasien stroke akut, beberapa arah penelitian lanjutan dapat diusulkan. Pertama, penelitian sebaiknya mengeksplorasi efektivitas implementasi berbagai protokol screening test menelan—misalnya membandingkan skala berbeda atau alat berbasis teknologi digital—dalam meningkatkan akurasi deteksi dini disfagia pada populasi stroke akut di berbagai tingkat pelayanan kesehatan, sekaligus menilai perbedaan kekuatan prediktif alat tersebut terhadap komplikasi neurologis jangka pendek. Kedua, studi kualitatif atau campuran perlu dilakukan untuk mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung yang memengaruhi kepatuhan perawat terhadap prosedur screening test menelan, termasuk aspek pelatihan, pengalaman kerja, beban tugas, fasilitas pendukung, serta persepsi risiko disfagia dan aspirasi. Ketiga, penelitian longitudinal dapat dirancang untuk menilai dampak konsistensi pelaksanaan screening test menelan terhadap hasil klinis pasien stroke—seperti penurunan kejadian pneumonia aspirasi, durasi rawat inap, pemulihan fungsi menelan, dan keamanan pasien—sehingga bukti empiris dapat memperkuat argumentasi integrasi screening ke dalam SOP keperawatan stroke dan memacu kebijakan pelayanan yang lebih terstandar.

File size513.56 KB
Pages7
DMCAReportReport

ads-block-test