ARIKESIARIKESI

International Journal of Health and MedicineInternational Journal of Health and Medicine

Kesehatan mental mahasiswa merupakan isu penting dalam pendidikan tinggi, namun banyak mahasiswa masih enggan memanfaatkan layanan konseling. Beberapa faktor yang diduga memengaruhi kesediaan mahasiswa untuk berpartisipasi dalam konseling antara lain tingkat stres, dukungan sosial, stigma publik, dan stigma diri. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara tingkat stres, dukungan sosial, stigma publik, dan stigma diri dengan niat mahasiswa untuk mengikuti konseling kesehatan mental. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Sebanyak 202 mahasiswa keperawatan tahun pertama dari Kampus I Poltekkes Kemenkes Semarang dipilih menggunakan teknik sampling total. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, serta data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearmans rho. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki tingkat stres sedang (52,8%), dukungan sosial cukup (58,1%), stigma publik sedang (53,7%), dan stigma diri sedang (55,3%). Kesediaan mahasiswa untuk mencari konseling juga berada pada kategori sedang (63,4%). Analisis statistik menunjukkan hubungan signifikan antara tingkat stres (p=0,000), dukungan sosial (p=0,002), stigma publik (p=0,000), dan stigma diri (p=0,000) dengan niat mengikuti konseling kesehatan mental. Temuan ini menegaskan pentingnya pendekatan promotif dan preventif dari institusi pendidikan untuk meningkatkan kesadaran dan akses mahasiswa terhadap layanan konseling kesehatan mental.

Penelitian ini menegaskan pentingnya memahami faktor psikososial yang memengaruhi kesediaan mahasiswa keperawatan untuk mengikuti konseling kesehatan mental.Sebagian besar mahasiswa mengalami stres tinggi, memiliki dukungan sosial kuat, serta menunjukkan stigma publik rendah dan stigma diri sedang, meskipun beberapa tetap enggan memanfaatkan layanan konseling.Terdapat hubungan signifikan antara kesediaan mengikuti konseling dengan tingkat stres, dukungan sosial, stigma publik, dan stigma diri, di mana stres, stigma publik, dan stigma diri berhubungan negatif, sementara dukungan sosial berhubungan positif dengan niat mencari bantuan profesional.

Pertama, perlu diteliti bagaimana efektivitas intervensi berbasis teman sebaya dalam mengurangi stigma diri di kalangan mahasiswa keperawatan, mengingat bahwa dukungan sosial menjadi faktor penting dalam kesiapan mencari bantuan. Penelitian ini dapat dirancang untuk mengukur perubahan sikap terhadap konseling sebelum dan sesudah pelatihan teman sebaya yang dilengkapi modul anti-stigma. Kedua, penting untuk menguji pengaruh kampanye digital yang ditargetkan pada stigma publik di lingkungan kampus kesehatan, dengan fokus pada konten yang dibuat oleh mahasiswa itu sendiri, karena persepsi sosial sangat memengaruhi keputusan mencari bantuan. Ketiga, perlu dikaji bagaimana stres akademik yang tinggi justru dapat menghambat akses konseling meskipun dukungan sosial kuat, melalui studi longitudinal yang mengamati pola koping dan ambivalensi psikologis saat stres mencapai puncaknya. Penelitian-penelitian ini dapat saling melengkapi dengan temuan saat ini dan memberikan dasar bagi program kesehatan mental yang lebih kontekstual dan berkelanjutan di institusi pendidikan keperawatan.

  1. APA PsycNet. psycnet loading doi.org/10.1037/0003-066X.59.7.614APA PsycNet psycnet loading doi 10 1037 0003 066X 59 7 614
  2. Pencarian Bantuan Kesehatan Ditinjau dari Status Kesehatan Mental Mahasiswa Kesehatan | Media Publikasi... doi.org/10.56338/mppki.v7i3.5045Pencarian Bantuan Kesehatan Ditinjau dari Status Kesehatan Mental Mahasiswa Kesehatan Media Publikasi doi 10 56338 mppki v7i3 5045
  3. APA PsycNet. psycnet loading doi.org/10.1037/0022-0167.53.3.325APA PsycNet psycnet loading doi 10 1037 0022 0167 53 3 325
  1. #guidance counseling#guidance counseling
  2. #nursing students#nursing students
File size185.46 KB
Pages7
DMCAReportReport

ads-block-test