KKPKKP

pH merupakan salah satu parameter kualitas air penting dalam akuakultur. Penelitian ini bertujuan mengamati kinerja pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup karp putih (Cyprinus carpio) strain Rajadanu yang diberi media budidaya dengan berbagai tingkat pH. Ikan (panjang: 3,60 ± 0,18 cm; berat: 1,68 ± 0,18 g) dineteskan ke dalam sembilan aquarium (40 cm × 40 cm × 30 cm) selama 10 hari dengan kepadatan 25 ekor per aquarium. Perlakuan yang digunakan adalah (A) pH 4‑5, (B) pH 5‑6, dan (C) pH 6‑7, masing‑masing dengan tiga replika. Pakan komersial yang mengandung 28 % protein diberikan setiap hari hingga setara 3 % dari total biomassa. Data yang diamati dianalisis menggunakan analisis varian (ANOVA), diikuti uji Duncan. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan pH tidak memengaruhi pertumbuhan (panjang dan berat) serta tingkat kelangsungan hidup karp putih strain Rajadanu (P > 0,05). Pertumbuhan terbaik tercapai pada kelompok ikan yang diternakkan di air dengan rentang pH 6‑7 (panjang = 0,38 cm; berat = 0,17 g). Kelangsungan hidup tertinggi dicapai pada kelompok ikan yang diberi pH 5‑6 (90,66 %).

Survival, peningkatan panjang, peningkatan berat, dan tingkat pertumbuhan spesifik pada budidaya karp putih strain Rajadanu tidak dipengaruhi secara signifikan oleh variasi pH dalam rentang 4 hingga 7.Perlakuan pH pada penelitian ini masih berada dalam jangkauan toleransi pH pada anak stubin karp putih strain Rajadanu.

Pertama, perlu dilakukan eksperimental jangka panjang (lebih dari satu bulan) untuk menilai apakah pH yang berada di luar rentang 4‑7 (misalnya 3‑8) dapat memengaruhi pertumbuhan, berat badan, dan selera makan karp putih strain Rajadanu dalam skala produksi industrial. Kedua, percobaan selanjutnya dapat menggabungkan variabel kualitas air tambahan, seperti tingkat oksigen terlarut dan suhu, guna meneliti interaksi kompleks antara pH dengan parameter biologis dan fisiologis, sehingga dapat disusun rekomendasi kultur optimal. Ketiga, studi genetik dapat diupayakan untuk mengidentifikasi aliran regulasi ekspresi gen yang berkaitan dengan toleransi pH, yang kemudian dapat digunakan sebagai dasar seleksi breeding bagi strain karp putih lain, agar memperoleh progeny yang lebih tahan terhadap variasi pH di berbagai kondisi lingkungan. Penelitian juga dapat mempertimbangkan evaluasi ekonomi, seperti biaya operasional dan hasil produk, di setiap tingkat pH untuk menghasilkan model manfaat ekonomi bagi petani kecil. Selain itu, studi serupa di ikan lain seperti tenggiri atau lele dapat menguji generalisasi temuan ini terhadap spesies lain, sehingga dapat memperkuat fondasi manajemen kualitas air di seluruh sistem akuakultur di Indonesia. Melalui tiga pendekatan tersebut, diharapkan dapat diperoleh pedoman praktis yang komprehensif bagi pengelola budidaya karp putih tingkat provinsi maupun nasional.

File size47.75 KB
Pages5
DMCAReportReport

ads-block-test