NEWINERANEWINERA

Journal La SocialeJournal La Sociale

Covid-19 telah memunculkan perdebatan baru mengenai isu keamanan pangan dan gizi. Literatur menunjukkan adanya hubungan positif antara keamanan pangan dan gizi. Bagi negara berpenghasilan rendah, akses terhadap makanan bergizi masih menjadi tantangan. Literatur mengungkap bahwa Nepal telah mengalami keamanan pangan dan gizi yang buruk selama beberapa dekade, dan masalah ini semakin menonjol setelah Covid-19. Makalah ini mengeksplorasi prospek keamanan pangan serta gizi berdasarkan data sekunder dan tinjauan literatur. Keamanan pangan terkait dengan produksi, persediaan, akses, dan pemanfaatan. Pemanfaatan biasanya merujuk pada penggunaan berbagai jenis nutrisi bagi tubuh manusia yang berhubungan dengan sistem kekebalan. Pertanian merupakan sektor utama negara, dengan dua pertiga penduduk bergantung pada pertanian untuk mata pencaharian. Namun, bentuk pertanian subsisten masih mendominasi. Karena kurangnya produksi pertanian, Nepal menghadapi gizi yang buruk serta masalah malnutrisi. Banyak distrik di wilayah barat dan far‑western berbukit negara ini mengalami kelangkaan pangan, dan malnutrisi menjadi fenomena umum. Selain itu, Covid‑19 semakin menyoroti isu keamanan pangan dan gizi. Karena Covid‑19 berkaitan dengan kekuatan imun, kaitannya dengan makanan bergizi menjadi krusial. Kebijakan pemerintah telah memprioritaskan upaya dari tingkat akar rumput untuk menghilangkan kelaparan dan malnutrisi, meskipun masih terdapat tantangan.

Meski kebijakan pemerintah telah menempatkan penghapusan kelaparan dan malnutrisi sebagai prioritas sejak tingkat akar rumput, tantangan masih tetap ada, terutama setelah pandemi Covid-19 yang menuntut pemikiran ulang tentang keamanan pangan dengan menekankan pentingnya pemanfaatan makanan yang tepat selain sekadar produksi surplus.Pendekatan multisektoral yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan serta penerapan teknologi pertanian modern, termasuk konsep kebun dapur dan kebun atap, dianggap krusial untuk meningkatkan kualitas produksi dan memenuhi kebutuhan gizi.Data menunjukkan prevalensi defisiensi vitamin dan mineral yang luas, dengan 48 % wanita hamil mengalami anemia, menegaskan urgensi intervensi gizi terintegrasi.

Penelitian selanjutnya dapat mengkaji efektivitas penerapan kebun dapur dan kebun atap sebagai intervensi untuk meningkatkan asupan mikronutrien pada rumah tangga di distrik berbukit barat Nepal pasca‑COVID‑19, dengan mengukur perubahan status gizi anak dan ibu hamil serta faktor keberlanjutan praktik tersebut. Selanjutnya, studi dapat menilai dampak teknologi pertanian presisi, seperti sensor tanah, citra satelit, dan sistem irigasi otomatis, terhadap peningkatan kualitas hasil panen dan efisiensi pemanfaatan pangan pada sistem pertanian subsisten di Nepal, serta mengidentifikasi hambatan adopsi teknologi di antara petani kecil. Selain itu, penelitian dapat mengeksplorasi hubungan antara status keamanan pangan rumah tangga dan indikator kesehatan imun, khususnya prevalensi defisiensi vitamin dan mineral pada wanita hamil selama masa pandemi, untuk mengembangkan model kebijakan gizi yang terintegrasi dengan upaya pencegahan penyakit. Ketiga arah studi ini diharapkan memberikan bukti empiris yang kuat bagi pembuat kebijakan dalam merumuskan strategi multisektoral yang responsif terhadap tantangan keamanan pangan dan gizi pasca‑COVID‑19 di Nepal.

  1. Scenario and Policy of Decent Nutrition and Food Security in the Post-Covid-19 in Nepal | Journal La... doi.org/10.37899/journal-la-sociale.v2i1.251Scenario and Policy of Decent Nutrition and Food Security in the Post Covid 19 in Nepal Journal La doi 10 37899 journal la sociale v2i1 251
  1. #status gizi balita#status gizi balita
  2. #status gizi anak#status gizi anak
File size563.33 KB
Pages8
DMCAReportReport

ads-block-test