UTMUTM

SEMNAS KABASTRA: Prosiding Seminar Nasional Kajian Bahasa, Sastra, dan PengajarannyaSEMNAS KABASTRA: Prosiding Seminar Nasional Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya

Mitos merupakan bagian dari sastra lisan yang erat kaitannya dengan budaya. Tanda dalam mitos penting untuk diungkapkan agar masyarakat mengetahui makna dibalik tanda atau simbol tersebut. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan simbol dalam mitos peralatan hidup dan teknologi masyarakat di kaki Gunung Sumbing. Penelitian ini berjenis kualitatif dengan teknik etnografi. Data berupa mitos peralatan pertanian yaitu pacul suru dan rigen (tempat menjemur tembakau). Sumber data adalah masyarakat di wilayah Gunung Sumbing di Kabupaten Temanggung. Data diperoleh dengan wawancata, dokumentasi, dan observasi. Validitas menggunakan teknik triangulasi data. Penelitian ini menghasilkan data berupa alat pertanian di wilayah Gunung Sumbing yaitu cangkul suru dan rigen merupakan hasil cipta dan inovasi Ki Ageng Makukuhan selama berdakwah di wilayah Dulangmas. Pacul memiliki simbol kekuatan gan kegigihan masyarakat di wilayah Gunung Sumbing. Adapun rigen merupakan alat menjemur tembakau yang dipercaya sebagai kendaraan Ki Ageng Makukuhan. Simbol dalam alat pertanian ini bermakna kesederhanaan serta kebersamaan masyarakat.

Penelitian ini mengkaji simbolik cangkul suru dan rigen sebagai bagian dari sistem peralatan hidup di wilayah Kedu, yang berakar pada legenda Ki Ageng Makukuhan.Analisis semiotik berbasis teori Barthes menunjukkan bahwa kedua alat tersebut melambangkan gotong royong, kebersamaan, dan kekompakan yang berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat.Meskipun hasil ini memberikan wawasan penting, studi ini masih terbatas pada wilayah tersebut dan memerlukan kajian lebih komprehensif dalam bidang sastra dan linguistik.

Penelitian lanjutan dapat meneliti bagaimana mitos pacul suru dan rigen tersebar serta berubah dalam konteks digital, misalnya melalui media sosial atau platform video, untuk memahami dinamika transmisi budaya di era modern. Selanjutnya, diperlukan studi komparatif yang membandingkan simbolik alat pertanian serupa di daerah Jawa lain maupun di luar Jawa, guna mengidentifikasi persamaan dan perbedaan nilai budaya yang terkandung. Selain itu, penelitian kuantitatif dapat mengevaluasi pengaruh persepsi simbolik terhadap kohesi sosial dan praktik pertanian masyarakat, misalnya dengan survei atau eksperimen lapangan, sehingga dapat mengukur secara empiris kontribusi mitos terhadap kesejahteraan komunitas. Pendekatan interdisipliner yang melibatkan antropologi, sastra, dan ilmu pertanian dapat memberikan gambaran lebih holistik tentang hubungan antara teknologi tradisional, kepercayaan, dan perkembangan ekonomi di wilayah pegunungan.

File size753.93 KB
Pages15
DMCAReportReport

ads-block-test