ULUMUNAULUMUNA

UlumunaUlumuna

Ummah Al-Quran dengan sensibilitas politik dan sosialnya dalam periode kontra-kebangkitan yang otoriter dan heterogenetik signifikan bagi umat Islam yang merupakan minoritas di Kerala, India. Namun, Ummah sebagai eufemisme untuk aspirasi politik yang berpusat pada negara baru menjadi endemik bagi mereka pada abad terakhir. Kecenderungan ini dapat dikaitkan dengan interpretasi kitab suci yang harfiah, penghinaan terhadap tradisi teknokratik dan mistik, serta gagasan geografi sakral yang didorong ke dalam oleh gerakan reformis sejak tahun 1920-an, yang bertentangan dengan tradisi hermeneutis klasik yang diikuti oleh Ulama Keralita melalui hubungan jangka panjang mereka yang khas dengan tanah-tanah Muslim arus utama. Belakangan ini, melalui sebuah kampanye revivalis, para Ulama tradisional memperbarui konsep Ummah yang monolitik mereka dengan membayangkan kembali dan mengklaim kembali imajini suci tersebut dari klaim Islamis-puritanis tentang kemurnian. Lokalitas Ummah yang tersematkan—sebuah campuran dari produk lokal dan varian global—demikian bertumpu pada kekuatan struktural dan budaya globalisasi, memungkinkan Ulama untuk menggambar ulang batas-batas budaya nasional dan sekutunya, Islam lokal, secara bijaksana. Melalui makalah ini, penulis mencoba menjelaskan bagaimana keilmuan Muslim tradisional di Kerala menggunakan konsep Ummah Al-Quran dalam masyarakat plural sambil secara struktural menanamkannya kembali ke dalam keseluruhan umat Islam global. Sebuah refleksi singkat tentang paradigma interpretasi orientasi Islamis-puritanis mengenai konsep Ummah juga akan diberikan untuk menempatkan berbagai paradigma dalam kerangka kerja komparatif.

Kesimpulannya, cara para Ulama tradisional mengelola konsep Ummah memantulkan imajinasi global Islamis sejati yang menggabungkan narasi lokal dengan keseluruhan umat Islam global.Pendekatan ini berakar pada paradigma klasik yang bersifat spiritual dan berbasis pengetahuan, di mana eksistensi Ummah bersifat trans-historis dan direproduksi secara organik melalui negosiasi Ulama terhadap budaya lokal dan tren global.Berbeda dengan reformis yang gagal mengintegrasikan gagasan mereka secara organis, Ulama tradisional berhasil memanfaatkan kekuatan globalisasi-neoliberal untuk memperkuat posisi mereka, meskipun proses ini juga membawa transformasi pada struktur sosial yang ada.

Penelitian selanjutnya dapat menggali lebih dalam tentang bagaimana ekonomi neoliberal yang dibawa oleh para migran pekerja di Teluk secara spesifik mengubah praktik keagamaan dan dinamika kekuasaan dalam komunitas Muslim Kerala, terutama di kalangan generasi muda yang terpapar gaya hidup konsumtif. Selain itu, sebuah studi komparatif dapat dilakukan untuk menguji apakah model imajinasi global Islamis sejati yang diusung oleh Ulama Kerala juga ditemukan di komunitas Muslim lain di kawasan Samudra Hindi yang memiliki sejarah maritim serupa, seperti di Indonesia atau Afrika Timur, serta mengidentifikasi faktor-faktor pembeda yang memengaruhinya. Terakhir, ada kebutuhan penting untuk meneliti peran media sosial dan platform digital dalam membentuk ulang wewenang dan narasi para Ulama tradisional, terutama dalam cara mereka menyebarkan pengaruh, menanggapi isu-isu kontemporer, dan bersaing dengan kelompok reformis untuk merebut hati audiens yang melek teknologi.

  1. Ummah Imaginations in Plural Kerala: Being International in the Traditional Way | Ulumuna. ummah imaginations... doi.org/10.20414/ujis.v25i2.456Ummah Imaginations in Plural Kerala Being International in the Traditional Way Ulumuna ummah imaginations doi 10 20414 ujis v25i2 456
  1. #ulama tradisional#ulama tradisional
File size1017.03 KB
Pages41
DMCAReportReport

ads-block-test