ISI YogyakartaISI Yogyakarta

Resital: Jurnal Seni PertunjukanResital: Jurnal Seni Pertunjukan

Disrupsi identik dengan keadaan khaos bagi manusia akibat perkembangan teknologi; utamanya gagasan mesin menggantikan manusia. Musik yang merupakan bagian dari kehidupan manusia tidak luput dari khaos yang dihasilkan oleh disrupsi. Karena keadaan khaos itu tidak mengherankan bila banyak orang menduga bahwa disrupsi tidak mungkin memiliki kerangka pikir yang jelas. Tulisan ini, dengan mengadaptasi pemikiran di dalam ilmu teknik berhasil memformulasikan sebuah metodologi untuk memahami disrupsi di dalam musik. Metodologi itu memiliki tiga aspek di dalamnya, yaitu aspek horizontal yang berbicara mengenai percampuran genre musik dengan genre seni lainnya, aspek vertikal yang berbicara mengenai percampuran di dalam genre musik, dan aspek aksiologis yang berbicara mengenai hubungan musik dengan bidang-bidang lain yang bersifat non-musik. Metodologi disrupsi di dalam musik memperlihatkan bahwa disrupsi bukan masalah yang besar; disrupsi merupakan sesuatu yang melekat di dalam musik. Disrupsi adalah sesuatu yang hakiki di dalam musik. Ia tidak mengancam musik, tetapi merupakan sebuah situasi yang memperkaya musik dalam hubungannya dengan dirinya sendiri dan bidang-bidang lain yang bersifat seni maupun non-seni.

Disrupsi merupakan kondisi inheren dalam musik yang muncul berulang kali sepanjang sejarahnya dan tidak selalu bersifat negatif, melainkan memperkaya relasi musik dengan diri sendiri dan bidang lain.Dengan meminjam kerangka metodologis teknik, fenomena disrupsi di musik dapat dijelaskan melalui tiga aspek integrasi—horizontal, vertikal, dan aksiologis—yang memetakan pola pencampuran genre dan keterhubungan antar disiplin.Kajian lebih lanjut diperlukan untuk merumuskan strategi pembelajaran musik yang utuh, menentukan kurikulum dasar yang relevan, dan mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi keadaan disrupsi dalam konteks pendidikan dan industri musik.

Pertama, sebuah penelitian kuantitatif dan kualitatif dapat dirancang untuk mengevaluasi kurikulum pendidikan musik di tingkat perguruan tinggi dan sekolah menengah, dengan fokus pada bagaimana materi pembelajaran disusun ulang untuk menerapkan ketiga aspek metodologi disrupsi (horizontal, vertikal, dan aksiologis) secara terpadu, serta mengukur sejauh mana pendekatan ini meningkatkan pemahaman konsep, kemampuan analisis genre, dan kreativitas siswa. Kedua, sebuah studi tindakan kelas perlu dilakukan untuk mengeksplorasi strategi pengajaran bagi dosen atau guru musik, dengan merancang dan menguji metode-metode pelatihan yang memfasilitasi siswa dalam mengenali ciri disrupsi musik, memanfaatkan teknologi rekaman dan visual, serta melakukan refleksi kritis terhadap hibriditas genre, sehingga siswa lebih siap menghadapi perubahan tajam di industri musik. Ketiga, riset longitudinal dapat dilaksanakan untuk mengidentifikasi dan memetakan kompetensi utama yang diperlukan mahasiswa musik dalam era disrupsi berkelanjutan, termasuk kemampuan berkolaborasi secara interdisipliner, mengelola proyek ciptaan yang menggabungkan elemen musik dan seni non-musik, serta menguasai prinsip-prinsip CPS (Cyber Physical System), sehingga kurikulum dan program pelatihan dapat dikembangkan berdasarkan profil kompetensi nyata yang menunjang kesuksesan karier di masa depan.

File size213.28 KB
Pages15
DMCAReportReport

ads-block-test