ESDMESDM

Indonesian Journal on GeoscienceIndonesian Journal on Geoscience

Studi ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan menjelaskan evolusi delta Sungai Jeneberang selama tahun 1922-2022 dengan menganalisis transportasi sedimen ke dalam dan dari sungai melalui erosi dan sedimentasi. Metode yang digunakan adalah analisis geospatial evolusi delta dan sungai menggunakan peta Belanda tahun 1922 dan data Landsat jangka panjang dari tahun 1972, 1981, 1991, 2000, 2010, 2020, dan 2022 dengan membagi sekali setiap lima hingga dua tahun, sehingga pola delta berubah. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunduh data melalui Landsat, pengolahan data disimulasikan menggunakan perangkat lunak ArcGIS, dan sedimentasi serta erosi diperkirakan. Penelitian ini menunjukkan bahwa sedimentasi terendah terjadi pada tahun 2002-2004 dengan luas area 6,21 ha, dan yang tertinggi pada tahun 2004-2006 dengan area 34,99 ha. Erosi terendah terjadi pada tahun 2014-2016 dengan luas area 1,08 ha, dan yang tertinggi pada tahun 2006-2008 dengan area 22,64 ha. Evolusi delta terjadi akibat migrasi bentuk lahan dan sungai. Migrasi bentuk lahan terjadi secara bertahap dimulai dengan arah migrasi relatif ke utara menjadi relatif ke barat, yang menghasilkan pembentukan bentuk delta dengan luas area 5349,42 ha. Selanjutnya, perkembangan bentuk lahan tidak lagi mengarah relatif utara ke barat, tetapi masih ada migrasi sedimen akibat pasang surut dan pasokan sedimen dari sungai yang menghasilkan bentuk delta dengan luas area 5586,56 ha. Kemudian, migrasi bentuk lahan berasal dari pasokan sedimen sungai yang terhenti ke utara karena konstruksi pintu air yang menyebabkan konsentrasi migrasi mengarah ke muara selatan. Pasang surut kemudian menjadi faktor utama dalam migrasi, tetapi tidak seintensif sebelumnya dengan pembentukan tambahan dengan luas area 5655,79 ha. Perubahan meander atau evolusi sungai terjadi secara alami dan dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Munculnya perubahan dibagi menjadi lima periode berkisar dari perubahan arah meander ke selatan hingga sedimentasi dan pengendalian erosi dengan pembangunan pintu air dan reklamasi. Berdasarkan studi dan menggunakan klasifikasi Galloway, delta Jeneberang diklasifikasikan sebagai delta estuari yang secara dominan dipengaruhi oleh pasang surut (tide-dominated) selama pembentukannya.

Studi ini menunjukkan bahwa delta Sungai Jeneberang sangat dinamis dan mengalami evolusi pola sepanjang periode waktu.Evolusi delta sangat dipengaruhi oleh faktor sedimentasi dan erosi.Analisis citra Landsat dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS mengungkapkan bahwa sedimentasi terendah yang terjadi antara tahun 2002-2004 adalah 6,21 ha, sedangkan sedimentasi tertinggi pada tahun 2004-2006 adalah 34,99 ha.Erosi terendah terjadi pada tahun 2014-2016 dengan luas area 1,08 ha dan tertinggi pada tahun 2006-2008 dengan luas 22,64 ha.Evolusi delta Jeneberang terjadi sebagai akibat migrasi bentuk lahan dan sungai, yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia.Berdasarkan klasifikasi Galloway, delta Sungai Jeneberang digolongkan sebagai delta estuari yang sebagian besar dipengaruhi oleh pasang surut.

Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi sedimentasi dan erosi di delta Sungai Jeneberang dalam konteks perubahan iklim. Bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur, seperti jembatan dan tanggul, terhadap dinamika delta juga perlu dipelajari lebih dalam. Selain itu, penelitian bisa diarahkan untuk menganalisis dampak sosial ekonomi dari perubahan bentuk lahan di delta Jeneberang, terutama bagi masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam di daerah tersebut.

  1. Studi Perencanaan Ulang Bendung di Daerah Irigasi Rawaan Kabupaten Lumajang Jawa Timur | Jurnal Teknologi... jtresda.ub.ac.id/index.php/jtresda/article/view/198Studi Perencanaan Ulang Bendung di Daerah Irigasi Rawaan Kabupaten Lumajang Jawa Timur Jurnal Teknologi jtresda ub ac index php jtresda article view 198
  1. #sumber daya lahan#sumber daya lahan
File size8.39 MB
Pages15
DMCAReportReport

ads-block-test