IAIN CURUPIAIN CURUP

Al-Istinbath: Jurnal Hukum IslamAl-Istinbath: Jurnal Hukum Islam

Artikel ini membahas ayat-ayat hukum tentang poligami dari perspektif hermeneutika. Ayat ketiga dari surah al-Nisa sering dipahami sebagai ayat yang memerintahkan poligami, karena berisi rekomendasi untuk menikahi lebih dari satu wanita, yaitu dua, tiga dan empat. Data yang digunakan dalam artikel ini dibagi menjadi dua kategori. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teori hermeneutik Emelio Betti, Martin Heidegger, Hans Georg Gadamer, dan Paul Ricoeur dengan metode deskriptif. Hasil penelitian berdasarkan teori hermeneutik di atas menunjukkan bahwa ayat ketiga dari surah al-Nisa yang biasanya digunakan sebagai argumen untuk poligami dari Alquran sebenarnya menguatkan rekomendasi untuk monogami karena menurut Betti, tujuan pernikahan adalah sakinah mawaddah wa rahmah, tujuan ini sulit untuk direalisasikan dalam poligami. Kemudian menurut Heidegger, ayat di atas berbicara tentang keadilan untuk anak-anak yatim. Selanjutnya Gadamer bahwa poligami dilakukan dengan 2 syarat; (1) istri kedua, ketiga dan keempat adalah janda yang memiliki anak yatim; (2) harus ada perasaan khawatir bahwa mereka tidak dapat berbuat baik dan adil kepada anak yatim kecuali dengan menikahi ibu-ibu mereka. Terakhir, Ricoeur berpendapat bahwa ayat di atas adalah perintah untuk bertindak adil dalam melindungi harta anak yatim. Kesimpulannya adalah bahwa ayat ketiga dari surah al-Nisa adalah rekomendasi untuk monogami, bukan perintah untuk poligami.

Berdasarkan penjelasan di atas, setidaknya ada 2 kesimpulan yang dapat diambil.Pertama, hermeneutika adalah ilmu atau metode untuk menafsirkan ayat atau teks.Kedua, teori hermeneutika Emilio Betti adalah bahwa penafsiran ayat atau teks adalah applicable atau dapat diterapkan di zaman kita saat ini, disini dan sekarang.Sementara itu, Martin Heidegger adalah penafsiran ayat atau teks dengan mengeksplorasi apa yang tersembunyi di balik teks atau mencari apa yang tidak diucapkan oleh teks.Kemudian Hans George Gadamer Penafsiran ayat atau teks dengan partisipasi arus tradisi yang menggabungkan masa lalu dan masa kini.Sementara itu, Paul Ricœur menafsirkan ayat atau teks dengan membandingkan berbagai penggunaan makna ganda dan berbagai fungsi penafsiran melalui disiplin ilmu yang berbeda.Ketiga, ayat 3 dari surah al-Nisa bukanlah ayat yang melegalkan poligami di Islam, ayat ini menekankan monogami.

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa isu menarik yang dapat menjadi fokus penelitian selanjutnya. Pertama, bagaimana penerapan teori hermeneutika dalam menafsirkan teks-teks agama lain, dan apa saja perbedaan serta persamaannya dengan hermeneutika Islam? Kedua, bagaimana pengaruh poligami terhadap kesejahteraan psikologis dan sosial istri serta anak dalam keluarga poligami, dan apa upaya yang diperlukan untuk meningkatkan keadilan bagi mereka dalam konteks keluarga? Ketiga, dalam konteks modern, apa saja alternatif yang dapat diterapkan untuk melindungi hak-hak anak yatim selain melalui institusi poligami, dan bagaimana masyarakat dapat berkontribusi lebih dalam memenuhi kebutuhan sosial mereka?.

  1. HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INTERPRETASI PAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS-TEKS SENI | Imaji: Jurnal Seni... journal.uny.ac.id/index.php/imaji/article/view/6712HERMENEUTIKA SEBAGAI SISTEM INTERPRETASI PAUL RICOEUR DALAM MEMAHAMI TEKS TEKS SENI Imaji Jurnal Seni journal uny ac index php imaji article view 6712
  2. Poligami di Malaysia dan Indonesia Serta Relevansinya dengan Pemenuhan Hak Gender | Al-Istinbath: Jurnal... doi.org/10.29240/jhi.v5i2.1932Poligami di Malaysia dan Indonesia Serta Relevansinya dengan Pemenuhan Hak Gender Al Istinbath Jurnal doi 10 29240 jhi v5i2 1932
  3. Polygamous Marriages in Indonesia and Their Impacts on Women’s Access to Income and Property |... doi.org/10.14421/ajis.2016.542.427-446Polygamous Marriages in Indonesia and Their Impacts on WomenAos Access to Income and Property doi 10 14421 ajis 2016 542 427 446
File size858.59 KB
Pages22
DMCAReportReport

ads-block-test