BALIMEDICALJOURNALBALIMEDICALJOURNAL

0

Infark splenik adalah penyebab menarik dan penting dari nyeri abdomen di daerah tinggi. Ini terjadi pada pasukan dengan sifat sel sabit (SCT) dibandingkan dengan fenomena sel sabit (SCP). Pasien mengalami nyeri abdomen atas yang parah dan gejala konstitusional. Investigasi dapat menunjukkan leukositosis, hemidiaphragm kiri yang terangkat, serta area infark splenik dengan atau tanpa koleksi perisplenin. Setiap kasus harus dikelola berdasarkan merit individu. Pasien dengan infark kecil dapat dikelola secara konservatif dengan pemantauan klinis dan USG berturut-turut, preservasi limpa mungkin dicoba, dan splenektomi hanya boleh dipertimbangkan dalam kasus luar biasa. Pasien harus dievaluasi untuk SCT dan tidak boleh direinduksi ke HAA. Penyaringan rutin pasukan untuk SCT tetap menjadi perdebatan. Hidrasi, latihan bertahap, dan pencegahan HAA adalah langkah pencegahan penting setelah diagnosis diketahui. Bagi personel militer yang terlibat dalam perang di ketinggian, yang mengalami nyeri kuadran kiri atas pada ketinggian di atas 9.000 kaki, SCT harus diingat sebagai penyebab yang mungkin dari infark splenik. Evaluasi, manajemen, dan evakuasi yang cepat ke ketinggian lebih rendah dapat mempercepat pemulihan.

Infark splenik adalah penyebab menarik dan penting dari nyeri abdomen di daerah tinggi.Hal ini terlihat pada pasukan dengan SCT dibandingkan dengan SCP.Pasien dapat mengalami nyeri abdomen atas yang mendadak dan gejala konstitusional.Investigasi kemungkinan menunjukkan leukositosis, pergeseran hemidiaphragm kiri, dan area infark splenik dengan atau tanpa koleksi perisplenin.Manajemen pasien dengan infark kecil dapat dilakukan secara konservatif, dengan perhatian pada pemantauan klinis dan USG berurutan.Penilaian terhadap SCT perlu dilakukan dan rekatrifikasi ke ketinggian tinggi harus dihindari.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi hubungan antara infark splenik dan kondisi lain yang terjadi di ketinggian, misalnya dengan melakukan studi komparatif antara kelompok yang terpapar ketinggian dan yang tidak. Selain itu, perlu diteliti efektivitas dari skrining rutin terhadap sifat sel sabit pada personel militer yang akan dikerahkan ke daerah tinggi, guna mencegah komplikasi yang lebih serius. Mengingat keterbatasan dalam mendiagnosis kondisi ini, penelitian dapat difokuskan pada pengembangan protokol diagnosa yang lebih efisien, termasuk penggunaan teknologi baru dan metode non-invasif.

File size248.92 KB
Pages5
DMCAReportReport

ads-block-test