UPERTISUPERTIS

Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis's Helath Journal)Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis's Helath Journal)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh subtitusi tepung wijen (Sesamum indicum) terhadap kandungan gizi dan mutu organoleptik biskuit labu kuning (Cucurbita moschata). Penelitian ini merupakan eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan. Uji organoleptik dilakukan pada 20 panelis dan analisis laboratorium meliputi kandungan abu, air, protein, lemak, karbohidrat, dan kalsium pada biskuit. Hasil uji organoleptik menunjukkan perlakuan P3 (65% tepung terigu, 12% tepung labu kuning, 23% tepung wijen) memiliki atribut warna dan tekstur paling disukai panelis. Aroma terfavorit adalah perlakuan P0 (tanpa penambahan tepung wijen), sedangkan rasa paling disukai panelis terdapat pada perlakuan P2 (76% tepung terigu, 12% tepung labu kuning, 12% tepung wijen). Penambahan tepung wijen meningkatkan kadar kalsium hingga 0,65% pada P3, serta menaikkan kadar air, abu, protein, dan lemak, sementara kadar karbohidrat menurun seiring peningkatan proporsi tepung wijen.

Biskuit yang paling disukai dari segi cita rasa adalah perlakuan P3 yang dibuat dari 65% terigu, 12% tepung labu kuning dan 23% tepung wijen.Kandungan kalsium, protein, lemak, air dan abu meningkat seiring dengan semakin banyaknya subtitusi tepung wijen, sebaliknya kandungan karbohidratnya menurun.Kadar kalsium dan abu biskuit sudah memenuhi standar SNI biskuit.

Dalam penelitian lanjutan, pertama, dapat dikaji pengaruh metode pra-perlakuan seperti pemanggangan suhu rendah dan dehidrasi vakum pada tepung labu kuning dan tepung wijen untuk menurunkan kadar air dan mencapai batas maksimal 5% sesuai standar SNI, sekaligus mengevaluasi dampaknya terhadap tekstur, warna, dan keawetan biskuit. Kedua, dapat diteliti formulasi substitusi ramping yang memadukan tepung wijen dengan tepung nabati kaya protein dan kalsium lain, misalnya tepung kacang kedelai atau kacang tanah, untuk meningkatkan profil asam amino, kandungan kalsium, dan memperluas ragam produk bagi konsumen balita dan anak. Ketiga, perlu dilakukan studi bioavailabilitas kalsium pada biskuit hasil subtitusi tepung wijen dengan melakukan uji in vitro atau uji cairan pencernaan simulasi, sehingga dapat diketahui seberapa banyak kalsium yang terserap oleh tubuh setelah konsumsi. Ketiga ide ini dapat digabungkan dalam satu proyek terpadu yang tidak hanya memfokuskan pada mutu organoleptik dan kandungan gizi, namun juga stabilitas produk, keamanan mikrobiologis, serta efektivitas penyerapan kalsium untuk mendukung pertumbuhan optimal anak.

  1. #biskuit labu kuning#biskuit labu kuning
File size179.21 KB
Pages7
DMCAReportReport

ads-block-test