UncenUncen

JURNAL BIOLOGI PAPUAJURNAL BIOLOGI PAPUA

Hutan hujan tropis Papua memiliki komposisi floristik yang sangat beragam, namun tekanan demografis manusia menyebabkan penebangan untuk pertanian, pemukiman, dan kegiatan lainnya yang berujung pada deforestasi. Penelitian ini bertujuan menggambarkan komposisi, struktur, dan nilai ekologi hutan di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, dengan melakukan survei kuadrat (50 m × 20 m) pada ketinggian 30 m dan 200 m dpl selama Januari–Juni 2009. Indeks Shannon‑Wiener digunakan untuk mengukur keragaman spesies, sedangkan indeks kesamaan menilai tingkat persamaan komposisi antara dua ketinggian; hasil menunjukkan tidak ada kesamaan pada tingkat pohon (0 %) dan kesamaan rendah pada tingkat sapling (12,24 %). Spesies dengan nilai penting tertinggi pada 30 m adalah Cocos nucifera L. (63,84 %) untuk pohon dan Kleinhovia hospita L. (37,61 %) untuk sapling, sementara pada 200 m tertinggi adalah Instia bijuga OK. (81,67 %) untuk pohon dan Mastixiodendron pachyclados K.Sch. (41,31 %) untuk sapling. Meskipun proses regenerasi tergolong lambat, hutan tetap memiliki nilai ekologi tinggi sebagai sumber air, pencegah erosi, habitat fauna, dan penstabil iklim mikro.

Penelitian menunjukkan bahwa kawasan hutan di Kampung Tablanusu merupakan hutan hujan dataran rendah sekunder dengan struktur tegakan yang berbeda pada ketinggian 30 m dan 200 m, di mana spesies dengan nilai penting tertinggi pada tingkat pohon adalah Cocos nucifera L.(81,67 %) masing‑masing, serta pada tingkat sapihan masing‑masing Kleinhovia hospita L.Regenerasi hutan tergolong lambat akibat adanya rumpang tajuk hutan yang dipicu oleh aktivitas masyarakat, sementara keanekaragaman jenis pohon berada pada tingkat sedang‑melimpah.Nilai ekologi hutan tetap tinggi, berfungsi sebagai penyedia air bersih, pencegah erosi, longsor, banjir, dan sebagai habitat bagi berbagai fauna.

Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi (1) bagaimana variasi intensitas cahaya dan kelembaban tanah pada ketinggian berbeda mempengaruhi pertumbuhan dan regenerasi spesies pohon utama, dengan menguji hipotesis bahwa peningkatan cahaya pada area terbuka mempercepat pertumbuhan sapling; (2) potensi penerapan teknik penanaman agroforestri yang melibatkan spesies bernilai ekonomi tinggi seperti Cocos nucifera dan Instia bijuga untuk meningkatkan keanekaragaman serta memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, dengan merancang percobaan lapangan yang membandingkan hasil produksi dan keberlanjutan ekosistem; dan (3) dampak intervensi rehabilitasi hutan terhadap layanan ekosistem, khususnya retensi air dan mitigasi erosi, melalui pemantauan jangka panjang pada plot yang direhabilitasi versus plot kontrol, guna memberikan data ilmiah yang dapat mendukung kebijakan konservasi di wilayah Papua. Semua ide penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pemahaman tentang dinamika hutan sekunder dan memberikan dasar ilmiah bagi pengelolaan berkelanjutan.

  1. #vegetasi hutan#vegetasi hutan
  2. #spesies pohon#spesies pohon
File size947.58 KB
Pages19
DMCAReportReport

ads-block-test