UNAIUNAI

11th International Scholars Conference11th International Scholars Conference

Kecemasan akademik merupakan masalah yang meluas di kalangan mahasiswa. Sementara penelitian sebelumnya menitikberatkan pada faktor eksternal seperti dukungan institusi, sedikit penelitian yang menelaah peran kualitas pribadi. Penelitian ini mengkaji peran self-compassion sebagai mediator dalam hubungan antara grit dan kecemasan akademik pada mahasiswa perguruan tinggi berbasis agama. Tiga instrumen terstandar—Grit Scale (GS), Self-Compassion Scale (SCS), dan Academic Anxiety Scale (AAS)—digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Survei daring dilakukan terhadap 306 mahasiswa dari tiga perguruan tinggi keagamaan. Hasil menunjukkan bahwa self-compassion tidak memiliki pengaruh langsung terhadap hubungan antara grit dan kecemasan akademik (β = -0,018; p = 0,570), tetapi secara parsial memediasi hubungan tersebut (β = -0,097; p = 0,050). Temuan ini mengisyaratkan bahwa self-compassion dapat secara tidak langsung menurunkan kecemasan akademik apabila dipadukan dengan grit. Keseluruhan hasil menegaskan bahwa kualitas pribadi seperti grit dan self-compassion berkontribusi signifikan dalam penurunan kecemasan akademik. Penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi psikolog pendidikan, pendidik, serta penelitian selanjutnya.

Penelitian ini mengonfirmasi bahwa grit — yang ditandai oleh ketekunan dan gairah dalam mencapai tujuan jangka panjang — secara langsung berkontribusi menurunkan tingkat kecemasan akademik pada mahasiswa.Peran self-compassion sebagai mediator menunjukkan bahwa sikap welas asih terhadap diri sendiri dapat secara tidak langsung membantu mereduksi kecemasan akademik.Meskipun self-compassion tidak memberi pengaruh langsung yang signifikan, kombinasi antara grit dan self-compassion terbukti efektif dalam mengelola stres akademik mahasiswa.

Pertama, sebuah penelitian longitudinal dapat dirancang untuk memantau secara berkala perkembangan aspek grit dan self-compassion pada mahasiswa sepanjang masa perkuliahan (dari tahun pertama hingga kelulusan), dengan pengukuran yang dilakukan setiap semester dan wawancara mendalam untuk mengungkap pola perubahan kualitas pribadi serta fluktuasi tingkat kecemasan akademik beserta faktor-faktor pendukungnya. Kedua, studi komparatif lintas institusi dapat melibatkan sampel mahasiswa dari perguruan tinggi keagamaan, negeri, dan swasta, serta mempertimbangkan variabel konteks budaya dan kurikulum, guna mengevaluasi sejauh mana lingkungan pendidikan dan nilai agama memengaruhi efektivitas grit dan self-compassion dalam mereduksi kecemasan akademik. Ketiga, penelitian eksperimental dapat menguji variabel moderasi seperti jenis kelamin, gaya belajar, dan strategi koping alternatif melalui intervensi terkontrol (misalnya modul pelatihan self-compassion dan latihan ketekunan) untuk mengetahui sejauh mana faktor-faktor tersebut memengaruhi kekuatan mediasi self-compassion dalam hubungan antara grit dan kecemasan akademik. Dengan mengintegrasikan desain longitudinal, komparatif lintas konteks, dan eksperimental moderasi, penelitian lanjutan diharapkan memberikan pemahaman yang komprehensif dan aplikatif tentang interaksi kualitas individu, konteks lembaga, dan strategi koping dalam mengatasi kecemasan akademik pada mahasiswa beragam profil.

  1. Frontiers | Self-Compassion and Subjective Well-Being Mediate the Impact of Mindfulness on Balanced Time... doi.org/10.3389/FPSYG.2019.00367Frontiers Self Compassion and Subjective Well Being Mediate the Impact of Mindfulness on Balanced Time doi 10 3389 FPSYG 2019 00367
  2. Frontiers | Examining the Relationship Between Grit and Foreign Language Performance: Enjoyment and Anxiety... doi.org/10.3389/FPSYG.2021.666892Frontiers Examining the Relationship Between Grit and Foreign Language Performance Enjoyment and Anxiety doi 10 3389 FPSYG 2021 666892
  1. #stres akademik#stres akademik
File size202.78 KB
Pages10
DMCAReportReport

ads-block-test