JOURNAL IASSSFJOURNAL IASSSF

Social, Ecology, Economy for Sustainable Development Goals JournalSocial, Ecology, Economy for Sustainable Development Goals Journal

Latar belakang: Penelitian ini mengevaluasi penerapan prinsip ekonomi sirkular (CE) di Indonesia melalui pendekatan ekosistem serta membandingkan kemajuan nasional dengan model global terkemuka. Metode: Dengan meninjau artikel akademik, laporan kebijakan, dan studi kasus, sembilan inisiatif Indonesia didokumentasikan, mulai dari valorizasi limbah biowaste Mycotech Lab hingga program karbon melingkar PT Pertamina dan kolaborasi berbasis komunitas seperti LTKL. Temuan: Contoh-contoh tersebut menunjukkan keberhasilan lokal dalam pengurangan limbah, daur ulang sumber daya, dan keterlibatan pemangku kepentingan, namun masih bersifat sektoral dan berskala pilot. Sebaliknya, wilayah seperti Uni Eropa, China, dan Finlandia mengoperasikan kerangka kerja ekonomi menyeluruh dengan target mengikat, mekanisme pembiayaan khusus, dan skema tanggung jawab produsen yang diperluas. Metode kuantitatif menunjukkan penghematan material (misalnya, 2.200 ton plastik dihindari oleh BulkSource) dan pengurangan emisi (misalnya, 352.000 ton CO₂eq oleh Pertamina). Analisis kualitatif menyoroti faktor pendorong, termasuk kolaborasi multi‑pemangku kepentingan dan eco‑innovation, serta hambatan persistensi seperti fragmentasi kebijakan, pendanaan terbatas, dan ketersediaan data yang tidak merata. Sintesis lintas kasus mengungkap ketidakhadiran indikator harmonisasi dan koordinasi nasional, yang menghambat skala dan agregasi manfaat sektoral menjadi dampak sistemik. Kesimpulan: Diperlukan peta jalan nasional yang koheren dengan target jelas, pemantauan kuat, dan struktur tata kelola inklusif yang melibatkan aktor informal dan pedesaan. Penguatan instrumen keuangan, seperti obligasi hijau dan kendaraan pembiayaan gabungan, serta penanaman kriteria sirkular dalam pengadaan publik, akan menjadi kunci memobilisasi investasi dan memperluas adopsi. Dengan menyelaraskan kebijakan, keuangan, dan keterlibatan komunitas, kemajuan menuju sirkularitas sistemik dapat dipercepat.

Penelitian ini menunjukkan bahwa Indonesia telah mengembangkan beragam inisiatif ekonomi sirkular di berbagai sektor, namun upaya tersebut masih terfragmentasi dan berskala pilot tanpa kerangka nasional yang terpadu.Untuk mencapai ekonomi sirkular yang matang, diperlukan indikator harmonisasi, regulasi yang dapat ditegakkan, serta mekanisme pembiayaan yang kuat dan tata kelola inklusif yang melibatkan pelaku informal serta komunitas pedesaan.Penelitian lanjutan sebaiknya mencakup penilaian siklus hidup proyek pilot, analisis model pembiayaan seperti obligasi hijau, serta studi etnografis dan survei untuk mengungkap faktor sosio‑kultural, dan studi kasus aksi tentang penerapan tanggung jawab produsen yang diperluas dan pengadaan publik sirkular.

Penelitian selanjutnya dapat menyelidiki bagaimana indikator harmonisasi yang mencakup aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial dapat dirumuskan secara terstandarisasi untuk mengukur kinerja ekonomi sirkular Indonesia di seluruh sektor, sehingga memungkinkan agregasi data yang konsisten dan memperkuat kebijakan nasional. Studi empiris mengenai model pembiayaan inovatif, termasuk obligasi hijau, kendaraan pembiayaan gabungan, dan skema insentif fiskal, perlu dianalisis untuk mengidentifikasi mekanisme yang paling efektif dalam memperluas skala inisiatif CE, khususnya di wilayah pedesaan dan sektor informal. Penelitian etnografis dan survei berbasis komunitas dapat menggali faktor sosio‑kultural yang memengaruhi adopsi praktik CE oleh pelaku informal, seperti pemulung sampah, serta mengidentifikasi hambatan psikologis dan budaya yang menghalangi transformasi berkelanjutan. Analisis kasus aksi tentang implementasi tanggung jawab produsen yang diperluas serta pengadaan publik berbasis prinsip sirkular dapat memberikan wawasan praktis mengenai hambatan institusional dan peluang integrasi kebijakan dalam konteks Indonesia yang beragam. Dengan menggabungkan temuan dari keempat penelitian ini, diharapkan dapat terbentuk kerangka kerja kebijakan terintegrasi yang menyatukan indikator standar, pembiayaan yang berkelanjutan, dan pendekatan partisipatif masyarakat, mempercepat transisi Indonesia menuju ekonomi sirkular yang matang.

  1. Planetary boundaries: Guiding human development on a changing planet | Science. planetary boundaries... science.org/doi/10.1126/science.1259855Planetary boundaries Guiding human development on a changing planet Science planetary boundaries science doi 10 1126 science 1259855
  2. Consumers’ Perspective on Circular Economy Strategy for Reducing Food Waste. consumers perspective... doi.org/10.3390/su9010141ConsumersAo Perspective on Circular Economy Strategy for Reducing Food Waste consumers perspective doi 10 3390 su9010141
  1. #ekonomi sirkular#ekonomi sirkular
  2. #ekonomi sirkular#ekonomi sirkular
File size471.32 KB
Pages24
DMCAReportReport

ads-block-test