UnwahasUnwahas

Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi KlinikJurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik

Penambahan Bahan Kimia Obat (BKO) dalam jamu dilarang oleh BPOM karena dapat mengakibatkan efek samping yang berbahaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar parasetamol dan deksametason yang terkandung dalam jamu pegal linu. Penelitian menggunakan 4 sampel jamu pegal linu di toko jamu X di Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan. Pengujian dilakukan secara analisis kualitatif dengan uji KLT menggunakan fase diam berupa lempeng KLT silika gel GF254 dan fase gerak parasetamol menggunakan campuran etil asetat dan N-Heksan dan deksametason dengan campuran kloroform. Analisis kuantitatif menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan fase diam kolom Zorbax ODS 4,6 ID×250 nm (5µm) dan fase gerak bersifat polar yaitu air dan methanol serta detector pada panjang gelombang 242 nm. Hasil KLT menunjukkan keberadaan BKO parasetamol dengan nilai Rf pada sampel A sebesar 0,46, B=0,46, dan C=0,53. Rf deksametason sampel A sebesar 0,32, B=0,53 dan C=0,58. Hasil analisis kuantitatif sampel A sebesar 25,59 mg/50 mg, B=19,32 mg/50 mg, C=9,40 mg/50 mg, dan D=29,00 mg/50 mg parasetamol dalam serbuk jamu. Sampel mengandung deksametason adalah jamu B (19,95 mg/50 mg) dan C (24,64 mg/50 mg). Jamu A dan D tidak mengandung deksametason. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel jamu yang mengandung BKO parasetamol yaitu pada jamu A,B,C, dan D, sedangkan kandungan deksametason hanya terdapat pada sampel jamu B dan C.

Analisis KLT menunjukkan bahwa tiga dari empat sampel jamu pegal linu mengandung parasetamol dengan nilai Rf mendekati baku dan tidak ada sampel yang mengandung deksametason.Analisis kuantitatif KCKT menghasilkan kadar parasetamol pada sampel A, B, C, dan D berturut-turut sebesar 25,59 mg/50 mg, 19,32 mg/50 mg, 19,40 mg/50 mg, dan 29,00 mg/50 mg.Deksametason terdeteksi hanya pada sampel B dan C dengan kadar masing-masing 19,95 mg/50 mg dan 24,64 mg/50 mg.

Penelitian lanjutan dapat dimulai dengan survei nasional yang memperluas jenis bahan kimia obat yang diuji dalam jamu pegal linu, seperti ibuprofen, asam mefenamat, dan berbagai kortikosteroid sintetis, serta melibatkan pengumpulan sampel di sejumlah provinsi berbeda untuk memetakan sebaran kontaminasi BKO secara geografis. Hasil pemetaan ini akan membantu memahami pola risiko penyalahgunaan obat kimia dalam jamu tradisional di seluruh Indonesia. Selanjutnya, studi eksperimental menggunakan model hewan laboratorium dan penelitian observasional kohort pada konsumen jamu pegal linu perlu dirancang untuk menyelidiki parameter farmakokinetik dan farmakodinamik serta mengevaluasi efek samping jangka panjang pada organ hati, ginjal, sistem endokrin, dan fungsi kardiovaskular. Data klinis dan pra-klinis yang diperoleh akan memberikan dasar ilmiah untuk menilai keamanan konsumsi jamu yang mengandung BKO. Di sisi lain, pengembangan metode skrining cepat, sederhana, dan terjangkau—misalnya menggunakan spektroskopi portabel, immunoassay berbasis kertas, atau sensor biosederhana—harus menjadi fokus penelitian agar pedagang jamu, petugas regulasi, dan masyarakat dapat melakukan deteksi lapangan secara mandiri sebelum produk dijual. Dengan alat skrining ini, sistem pengawasan akan lebih responsif dan produksi jamu tradisional dapat dijamin keamanannya tanpa bergantung sepenuhnya pada laboratorium sentral.

  1. #jamu pegal linu#jamu pegal linu
Read online
File size745.25 KB
Pages8
DMCAReport

Related /

ads-block-test